Minggu, 28 November 2010

Cassini: Atsmofer Rhea Mengandung Oksigen

Untuk pertama kalinya, sebuah wahana antariksa NASA memperoleh bukti langsung tentang keberadaan atmosfer yang mengandung oksigen di dunia selain Bumi. Misi Cassini Solstice, yang saat ini sedang melintasi Saturnus, menemukan Rhea, salah satu bulan planet bercincin tersebut, memiliki lapisan atmosfer yang mengandung oksigen dan karbon dioksida sangat tipis.

Kamis, 25 November 2010

Cassini Kembali Normal, Siap Merapat ke Enceladus

Wahana antariksa tak berawak Cassini milik NASA kembali melanjutkan operasi sejak 24 November 2010. Semua instrumen ilmiah telah kembali menyala. Minggu depan, ketika Cassini melintas di Enceladus, salah satu bulan saturnus, para pengendali misi berharap telah dapat memperoleh data ilmiah yang dikirimkan oleh wahana tersebut.

Pada 2 November 2010, Cassini menyala dalam mode safe ketika sebuah jeda aneh muncul di papan pengendali di wahana tersebut dan data pada komputer subsistem. Jeda atau blip tersebut menyebabkan komputer gagal memasukkan sebuah perintah yang penting. Akibatnya, sesuai yang telah diprogramkan, Cassini kemudian menyala dalam mode standby atau safe mode.

Selasa, 23 November 2010

HIP 13044 b, Masa Depan Tata Surya

Hampir persis seperti yang telah diramalkan. Sebelum bulan November 2010  ini berakhir, jumlah planet ekstrasolar yang telah ditemukan telah mencapai angka 500. Extrasolar Planets Encyclopedia bahkan menyatakan hingga 22 November 2010 telah 502 planet esktrasolar yang ditemukan.

Jutaan tahun sebelum Matahari lahir, Galaksi Bima Sakti (Milky Way) menjulurkan lidah gravitasi dan menelan tetangganya, sebuah galaksi kecil yang berada terlalu dekat dengannya. Bukti bagi kanibalisme kosmik purba tersebut adalah Helmi Stream, yaitu rumpun bintang yang orbitnya aneh – terletak di atas dan bawah Bima Sakti.

Jumat, 19 November 2010

Hayabusa Membawa Pulang Material dari Asteroid

Hayabusa menjadi wahana antariksa pertama yang berhasil membawa material dari sebuah asteroid ke Bumi. Walaupun kapsul Hayabusa sebelumnya telah kembali ke Bumi pada tahun ini, namun saat itu belum bisa dipastikan apakah debu pada kapsul tersebut berasal dari luar angkasa. Analisis terbaru JAXA (Japanese Aerospace Agency) mengungkapkan, debu tersebut memang berasal dari luar angkasa, bahkan juga mengandung sebuah mineral yang tidak terdapat di permukaan Bumi.

Penelitian lebih lanjut akan mengungkapkan tentang material apa saja yang ada ketika Tata Surya terbentuk. Selain itu, berdasarkan pengetahuan tentang komposisi asteroid, dapat disusun rencana yang lebih terpadu bagi mitigasi efek-efek asteroid terhadap Bumi.

Rabu, 17 November 2010

Jupiter akan Mengenakan Sabuk Lagi

Jupiter memiliki dua sabuk besar. Masing-masing melintang di belahan utara dan selatan planet raksasa tersebut. Pada Mei 2010 lalu, SEB (southern equatorial belt), sabuk raksasa berwarna kecoklatan yang melintang di belahan selatan, menghilang dari pengamatan. Namun, jika foto-foto yang diambil beberapa astronom amatir mengarah ke titik yang tepat, SEB mungkin akan terlihat lagi.

Kini beberapa astronom amatir mengamati bintik putih di atas tempat SEB dulu pernah terlihat. Bintik tersebut diduga menjadi tanda bahwa SEB akan terlihat lagi. Spaceweather menduga, SEB akan kembali dapat dilihat setelah munculnya gangguan pada atmosfer bagian atas Jupiter. Gangguan tersebut mendorong terjadinya penyebaran bintik dan pusaran angin ke seluruh planet. Proses inilah yang menyebabkan munculnya kedua buah sabuk Jupiter.

Selasa, 16 November 2010

Abu Merapi: Kerugian Penerbangan dan Citra Satelit

Ketika gunung Eyjafjallajoekull di Islandia meletus pada April-Mei 2010 lalu, penerbangan komersial di Eropa lumpuh total. Kerugian finansial yang sangat besar harus ditanggung oleh perusahaan-perusahaan penerbangan. Situasi yang sama juga dialami dunia penerbangan Indonesia setelah gunung Merapi meletus.

Penerbangan dari dan ke Yogyakarta adalah salah satu rute yang laris. Namun abu vulkanik Merapi yang memaksa bandara Adisucipto di Yogyakarta ditutup menyebabkan bisnis penerbangan kehilangan pendapatan Rp 5 miliar per hari dari rute tersebut. Kerugian diperkirakan semakin membengkak karena jalur penerbangan pesawat harus diubah lebih ke utara, melewati lintasan di atas Laut Jawa.

Minggu, 14 November 2010

L’Oréal-UNESCO Award for Women untuk Professor Silvia Torres-Peimbert

L'Oréal-UNESCO menganugerahkan penghargaan tahunan untuk pelbagai bidang sains secara bergantian bagi lima perempuan dari lima benua, yaitu Afrika dan Timur Tengah, Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Latin, dan Amerika Utara. Tahun ini, penerima anugerah untuk bidang astronomi adalah Profesor Emeritus Silvia Torres-Pembert dari Institute of Astronomy, Mexico City University (UNAM), Mexico.

Profesor Silvia memperoleh penghargaan tersebut berkat karyanya tentang komposisi kimia nebula yang sangat fundamental dalam pemahaman kita tentang asal mula alam semesta.

Sabtu, 13 November 2010

Mars: Planet Air?

Geografi (atau marsografi?) belahan utara dan kutub selatan Mars sangat berbeda. Selama ini data yang diperoleh dari Mars menunjukkan, kondisi-kondisi yang dapat menopang kehidupan hanya ada di belahan selatan Mars. Namun, data observasi terbaru dari dua wahana antariksa tak berawak yang mengorbit Mars menemukan adanya mineral di kutub utara Mars. Artinya, pada salah satu fase dalam sejarah Mars, kondisi yang dapat menopang kehidupan pernah ada secara global di planet merah tersebut.

Mars Express milik ESA dan Mars Reconnaissance milik NASA menemukan mineral-mineral lempung, yang merupakan tanda adanya lingkungan basah, pada ribuan situs di dataran tinggi Mars belahan selatan. Di belahan itu, bebatuan di atas maupun di dekat permukaan berusia hingga 4 milyar tahun. Hingga minggu ini minggu ke-2 November 2010), memang mineral semacam itu memang tidak ditemukan di belahan utara Mars yang berupa dataran rendah. Di sisi ini, aktivitas vulkanik yang lebih muda telah mengubur lebih dalam permukaan yang usinya lebih tua.

Makhluk Hidup Pertama di Bumi Mungkin Hidup di Angkasa

Bentuk kehidupan yang pertama kali ada di Bumi mungkin bukan terbentuk di air yang menggenang di permukaan, melainkan melayang-layang di angkasa. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature menemukan bahwa sejak sekitar 1,2 milyar tahun silam, atmosfer Bumi telah mengandung cukup oksigen sehingga mampu mendukung bentuk-bentuk kehidupan yang kompleks.

Bukti bagi penelitian ini diperoleh dari sedimen purba di Skotlandia. Pada batuan tersebut, ditemukan bakteri yang memanfaatkan oksigen untuk menghasilkan energi dan tetap hidup hingga 1,2 milyar tahun silam.

Kemungkinan tersebut semakin terbuka setelah sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Universitas Arizona menemukan bahwa molekul-molekul organik yang kompleks, termasuk asam-asam amino (amino acids) dan nucleotide bases, yang merupakan unsur kehidupan paling penting di Bumi, bisa terbentuk di atmosfer bagian atas yang berkabut pada Titan, bulan terbesar Saturnus.

James Webb, Pengganti Hubble, Mungkin Tertunda

Niat ilmiah yang tulus dan besar saja tidak cukup untuk mewujudkan eksplorasi dan eksperimen luar angkasa. Ilmuwan juga harus memikirkan masalah pendanaan dan manajemen, terutama pada saat keuangan dunia sedang resesi seperti saat ini. Jika tidak, proyek-proyek antariksa yang ambisius dan visioner pun akan kesulitan untuk dilakukan. Inilah yang dialami oleh calon pengganti Hubble.

Masa pensiun Hubble Space Telescope (HST) mungkin akan tertunda. Penggantinya, James Webb Space Telescope (JWST), yang sudah menghabiskan milyaran dolar dan belum juga selesai, mungkin baru akan mengorbit pada 2015. Biayanya diperkirakan akan lebih besar $1,5 milyar daripada perkiraan saat ini. Peningkatan itu akan semakin besar jika tidak ada pendanaan baru pada 2011 dan 2012.

Foto Hari Ini: Bumi dan Bulan dari Jarak 183 Juta Km


Tanggal pemotretan: 6 Mei 2010
Image Mission Elapsed Time (MET): 181616382
Instrumen: Wide Angle Camera (WAC) of the Mercury Dual Imaging System (MDIS)
WAC Filter: 2 (clear filter)
Field of View: The WAC has a 10.5° field of view

Eris, “Planet Kesepuluh”: Mungkin Lebih Kecil daripada Pluto

Ketika Eris ditemukan oleh Mike Brown pada 2005, planet kerdil ini langsung merebut status Pluto sebagai planet kerdil dan objek luar angkasa terbesar di Kuiper Belt, cincin yang dihuni benda-benda luar angkasa berlapis es setelah Neptunus.

Namun, mungkin Pluto akan kembali merebut status tersebut setelah okultasi (occultation), atau melintasnya sebuah benda angkasa di depan benda angkasa lain, pada November 2010 ini membuka kemungkinan bahwa Eris lebih kecil daripada Pluto.

Jumat, 12 November 2010

Penjelasan Baru tentang Sisi Gelap Bulan

“I’ll see you on the dark side of the moon”, demikian bunyi lirik salah satu lagu Pink Floyd. “Dark side of the moon” atau “sisi gelap bulan” pada larik itu merujuk pada suatu keadaan yang memang ada namun misterius dan tak terlihat oleh mata telanjang. Dengan demikian, istilah itu lebih cenderung bersifat metaforis, bukan denotatif atau merujuk pada makna sebenarnya.

Akan tetapi metafor dibentuk dengan membandingkan dua hal atau keadaan yang salah satu aspeknya memiliki kesamaan. Keadaan yang dilukiskan oleh Pink Floyd itu memang dalam pengertian tertentu mirip dengan fenomena yang diperlihatkan oleh Bulan, yang salah satu sisinya tidak pernah dapat terlihat dengan mata telanjang dari Bumi.

Air di Bumi Mungkin Telah Ada Sejak Hari Pertama

Salah satu misteri alam terbesar bagi ilmu pengetahuan adalah asal mula samudera. Dari mana air sebanyak itu berasal? Nebula di mana Bumi dilahirkan sekitar 4 milyar tahun silam sangat dekat dengan Matahari. Suhu pada waktu itu tentu sangat tinggi sehingga air, jika ada, hanya bisa berbentuk uap.

Nyatanya, Bumi tetap memiliki air yang berbentuk cair. Jadi, debu angkasa yang membentuk planet kita ini tentu jenis debu yang kering dan air di Bumi baru muncul setelah Bumi terlahir sempurna.

Teleskop untuk Pemula

Meade ETX-80AT-TC (telescopes.toptenreviews.com)
Hal berikut ini bisa terjadi bahkan pada pemula yang sangat antusias sekali pun. Kita siap berinvestasi dengan membeli sebuah teleskop yang lebih besar daripada teleskop mainan. Namun anggaran kita terbatas sehingga tidak mampu membeli peralatan kelas menengah untuk mengintip langit – apalagi peralatan kelas atas.

Karena sangat bersemangat, kita lalu membeli sebuah teleskop di supermarket, di pasar, di toko elektronik, di mana saja. Kita pasang teleskop baru di halaman belakang, membidik sebuah titik di langit, dan mengintip. Yang terlihat hanya titik-titik putih yang kabur. Kecewa, minat dan semangat kita runtuh. Teleskop untuk pemula itu akhirnya berakhir sebagai barang tua di gudang, terlupakan, dan astronom amatir, yang suatu saat nanti berpotensi menemukan bintang, komet atau planet baru, akan kehilangan semangat dan mimpi-mimpi.

Rabu, 10 November 2010

Superearth, Zona Mati Tanpa Medan Magnet

Superearth, atau planet ekstasolar yang massanya maksimal 10 kali massa Bumi, permukaannya berbatu-batu, dan diduga dapat menopang kehidupan, barangkali akan tetap merupakan dunia yang mati. Superearth diperkirakan tidak memiliki medan magnet yang cukup kuat. Karena tidak memiliki medan magnet, maka superearth tidak memiliki “perisai” yang melindunginya dari berbagai radiasi yang berhamburan dari luar angkasa.

Medan magnet planet terbentuk karena adanya unsur besi yang bergerak di dalam inti planet. Oleh karena itu materi di dalam inti planet yang mengandung unsur tersebut harus berbentuk cair atau lelehan agar dapat bergerak.

Front Perang Baru: Luar Angkasa

Peperangan di luar angkasa yang selama ini hanya terjadi dalam fiksi sains semakin mendekati kenyataan. Awal November 2010, Amerika Serikat dan Australia, dua buah negara besar yang memiliki perlengkapan militer canggih, sepakat untuk bekerja sama dalam bidang intelijen dan pengintaian luar angkasa (space surveillance) di belahan Bumi selatan.

Kesepakatan ini secara resmi diumumkan setelah dilaksanakannya perundingan pertahanan tahunan antara kedua negara. Menurut pernyataan bersama kedua negara, AS dan Australia memiliki perhatian yang sama terhadap luar angkasa yang kini telah menjadi ajang perlombaan baru, semakin padat, dan bersifat inter-dependen.

Definisi

Dalam bahasa Indonesia, kita menyebut ruang sangat luas yang berada lebih jauh lagi daripada lapisan paling atas atmosfer planet Bumi kita sebagai “luar angkasa”, “angkasa luar”, atau bahkan “ruang angkasa”.

Dari segi kebahasaan, kita dapat melihat kedua istilah yang pertama (kata benda majemuk) itu mengandung dua kata dasar, yaitu “luar” dan “angkasa”.

Kalau dinalar, maka dari istilah itu kita bisa mengandaikan ada sebuah tempat yang bernama “angkasa” dan tempat lain yang bernama “luar angkasa” atau “angkasa luar” (“luar” adalah kata keterangan tempat). Kata “luar” mudah dipahami secara apriori, namun kata “angkasa” membuat kita harus menengok kepada kamus agar memperoleh keterangan yang akurat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “angkasa” sebagai:
[n] (1) lapisan udara yang melingkupi bumi: -- bumi ini kurang lebih 300 km tebalnya;
(2) awang-awang; langit: bintang-bintang berkilauan di – biru

Definisi leksikal seperti itu bisa menjadi langkah pertama untuk memahami “luar angkasa” atau “angkasa luar” itu. Jika mengacu kepada definisi dari KBBI itu, maka istilah yang tepat untuk merujuk ruang sangat luas yang ada di atas lapisan paling atmosfer planet Bumi kita adalah “luar angkasa”, bukan “angkasa luar”.

Jika kita menggunakan istilah “angkasa luar”, berarti kita memiliki pra-anggapan bahwa semua lapisan udara yang ada di atas planet Bumi adalah “angkasa”. Ada angkasa bagian dalam (kita biasa menyebutnya “angkasa” saja) dan ada angkasa bagian luar (yang disebut sebagai “angkasa luar [planet Bumi]”).

Padahal, dari pembahasan lebih lanjut kita akan tahu bahwa ada ruang maha luas di atas lapisan teratas atmosfer planet Bumi yang bukan merupakan bagian dari angkasa planet Bumi. Tentu jadi tidak masuk akal kalau kita menyebut ruang yang bukan merupakan bagian dari planet Bumi itu sebagai “angkasa luar (planet Bumi)”.

Maka, istilah yang lebih tepat adalah “luar angkasa”. Maksudnya, “(di daerah) luar angkasa (planet Bumi)”. Dengan demikian, “luar angkasa” lebih sesuai dengan fakta-fakta ilmiah yang membuktikan bahwa yang kita sebuat sebagai “luar angkasa” itu memang bukan bagian dari angkasa planet Bumi.

KBBI mencantumkan entri “angkasa luar” dan memberikan arti sebagai berikut:
angkasa luar - ruang di luar lapisan udara

KBBI mencantumkan entri lain yang mendekati “angkasa luar”:
ruang angkasa - angkasa luar; bentangan langit

Arti “angkasa luar” sebagai “ruang di luar lapisan udara” (planet Bumi?) tentu tidak sesuai dengan fakta ilmiah. Jadi arti ini sebaiknya tidak digunakan.

Tentang “ruang angkasa”, agaknya penyusun KBBI harus berkonsultasi lagi dengan para pakar perbintangan dan luar angkasa. Mungkin arti “angkasa luar” pada entri “ruang angkasa” itu lebih baik dihapus saja karena arti yang lebih masuk akal dan sesuai dengan fakta ilmiah untuk “ruang angkasa” adalah sama dengan arti untuk “angkasa”.

Tetapi “bentangan langit” itu memunculkan keruwetan. Mungkin lebih masuk akal jika langit dipahami sebagai konsep yang mencakup baik “angkasa” maupun “luar angkasa”. Jika demikian, maka yang dimaksud dengan “bentangan langit” tentu tidak sama dengan “ruang angkasa”. Bukankah dalam percakapan sehari-hari kita selalu mengatakan “bintang di LANGIT”? Tentu bintang yang dimaksud itu tidak berada di stratosfer atau ionosfer, bukan?

Blog ini menggunakan istilah “luar angkasa” dengan pertimbangan di atas, berganti-ganti dengan istilah "antariksa" - "antariksa" lebih stabil artinya. KBBI memberikan arti kepada "antariksa" sebagai berikut:

bagian alam semesta yg berada di luar atmosfer bumi


Referensi
Angkasa”, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, tersedia di http://kamusbahasaindonesia.org/angkasa
"Antaraiksa", Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, tersedia di http://kamusbahasaindonesia.org/antariksa
Kata yang Mirip dengan Angkasa”, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, tersedia di http://kamusbahasaindonesia.org/angkasa/mirip

Gambar Hari Ini: Merapi dari Satelit Terra

Selama terjadinya letusan, Gunung Merapi tersaput kabut sehingga menyulitkan pemantauan secara visual oleh petugas di lapangan. Namun pada 30 Oktober 2010, instrumen ASTER (Advandced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) yang dipasang pada satelit Terra milik NASA memotret jejak abu panas, bebatuan dan kubah lava yang berpijar. Data thermal tersebut dipadukan dengan peta tiga dimensi sehingga lokasi aliran lava dapat ditentukan. Peta tiga dimensi dari model topografis global tersebut dibuat dengan mengolah pengamatan stereo ASTER.


Sumber: Spacefellowship

Ditemukan: Gelembung Raksasa di Pusat Bimasakti

Pusat Bimasakti menumpahkan dua gelembung radiasi raksasa yang memiliki energi sangat tinggi. Masing-masing merentang dalam jarak sekitar 25000 tahun cahaya – lebih dari separuh bidang langit yang dapat terlihat – dan memancarkan sinar gamma, panjang gelombang cahaya yang  paling tinggi.

Ada dua dugaan tentang gelembung-gelembung tersebut. Pertama, keduanya mungkin merupakan semburan dari proses pembentukan sebuah bintang yang terjadi beberapa juta tahun silam. Jika bukan terbentuk dari ledakan supernova, maka kedua gelembung tersebut mungkin terbentuk oleh adanya lubang hitam raksasa di pusat galaksi.

Selasa, 09 November 2010

Walaupun Resesi, Industri Antariksa Inggris Tumbuh Pesat

HYLAS 1 (artist impression). Kredit: Avanti
Industri antariksa Inggris tumbuh hampir delapan persen walaupun perekonomian dunia sedang dilanda resensi. Selama dua tahun terakhir, pertumbuhannya lebih dari 10%. Menurut laporan UK Space Agency, aset industri tersebut per November 2010 mencapai £7,5 miliar. Laporan tersebut mencakup 260 perusahaan baik yang bergerak pada industri hulu (penyedia teknologi antariksa) maupun hilir (pengguna teknologi antariksa).

Industri hulu mencatat pertumbuhan 11% sementara industri hilir mencatat 3%, berbanding dengan pertumbuhan GDP nasional 0,3 persen. Menteri Sains Inggris, David Willets, menyatakan, “Nilai ekonomis industri luar angkasa Inggris adalah lebih dari £7 milyar. Industri ini merupakan industri yang tumbuh sama cepatnya dengan ekonomi China dan merupakan kisah sukses inovasi teknologi tinggi.”

Herschel Mencari Lensa Kosmik

Tim pengamat antariksa yang dipimpin oleh astronom Inggris menemukan cara baru untuk menemukan gejala alam yang dapat berfungsi sebagai lensa pembesar. Lensa pembesar ini ditemukan dengan teleskop antariksa terbesar saat ini, Herschel Space Observatory milik ESA. Pembesaran yang dihasilkan oleh lensa alam ini akan memungkinkan astronom memandang lebih jauh lagi ke dalam jagat raya, termasuk galaksi-galaksi yang sebelumnya tidak terlihat.

Herschel telah beroperasi lebih dari satu tahun pada orbit setinggi 1,5 juta km di atas Bumi. Teleskop ini mencari cahaya inframerah, yang dipancarkan bukan oleh bintang, melainkan oleh gas dan debu dingin yang membentuk bintang. Teleksop ini dibiayai oleh Space Science and Exploration dari UK Space Agency.

Wisata Antariksa: Nyawa dan Bumi Taruhannya

Richard Branson menyatakan Anda bisa berlibur ke luar angkasa. Branson, CEO di Virgin Airlines dan perusahaan baru yang “visioner” bernama Virgin Galactic, meresmikan pembukaan landasan sepanjang 3,2 km di La Cruces, New Mexico. Ia berjanji, landasan itu sudah bisa digunakan setelah 18 depan lagi untuk mengangkut turis luar angkasa ke orbit. Katanya, “Ini adalah permulaan zaman antariksa kedua.”

Terlihat menyenangkan, bukan? Tetapi ada beberapa masalah. Salah satunya adalah masalah teknologi. Teknologi yang ada sekarang belum terbukti mampu membawa turisnout ke luar angkasa. Satu kesalahan kecil saja bisa membunuh turisnout. Bahkan ketika turisnout kembali ke Bumi sebagai puing-puing, ia masih harus membayar $200,000. Masalah lain terkait dengan lingkungan. Jeffrey Kluger dari Times menjelaskannya sebagai berikut.

Gambar Hari Ini: Sunspot 1211 Melontarkan Berkas Sinar-X Paling Terang

Sunspot atau Bintik Matahari 1121 melontarkan salah satu berkas sinar-x paling terang dalam beberapa tahun terakhir. Pancaran ini termasuk erupsi kelas M5.4 dan berlangsung pada pukul 15:36 UT pada, 6 November 2010. Radiasi dari pancaran ini menciptakan gelombang ionisasi pada atmosfer Bumi bagian atas yang menghambat penyebaran gelombang radio berfrekuensi rendah. Namun tidak ada CME (awan plasma) yang mengarah ke Bumi sehingga tidak ada aurora yang dapat terlihat.


Sumber gambar: spacefellowship.com

Bakteri Mars Mirip dengan Bakteri Bumi

Di Bumi, terdapat bakteri yang memakan batu. Bakteri ini memakan bahan kimia yang dikandung oleh batu sehingga membentuk jalur-jalur yang bisa kita lihat pada permukaan batu atau terowongan-terowongan kecil yang terdapat di dalam batu. Terowongan semacam itu bisa dijumpai pada igneous rocks atau batu api.

Batu api adalah batuan yang terbentuk baik di bawah tanah maupun di atas tanah. Batu ini terbentuk di bawah tanah ketika magma, atau batuan cair, di dalam perut Bumi terjebak dalam sebuah liang kecil dan kemudian menjadi dingin. Batu api juga terbentuk ketika terjadi letusan gunung api, yaitu ketika lava atau magma yang naik ke permukaan Bumi berubah menjadi dingin.

Senin, 08 November 2010

Multiverse, menurut Dr. Kaku

"Remarkable claims require remarkable proof." -- Carl Sagan

Jika semesta kita ini memang hanya satu saja dari semesta-semesta yang takberhingga jumlahnya, apa yang akan terjadi? Di semesta yang lain, bisa saja kita tidak pernah ada, atau hanya tetap menjadi impian orangtua kita tak lama setelah mereka menikah, atau kita menjadi orang yang tak mengenal kesedihan. Boleh jadi, di salah satu atau beberapa semesta tidak ada penderitaan.

Gagasan tentang semesta yang paralel bisa dicakup dalam istilah multiverse. “Multi” di situ menunjukkan kuantitas yang banyak, dipertentangkan dengan “uni” dalam universe yang berarti satu atau kesatuan. Ada juga istilah parallel universe atau semesta yang sejajar. Apapun istilahnya, konsep yang terkandung di dalamnya merujuk pada jumlah semesta yang bukan tunggal tetapi plural atau jamak.

Mini Big Bang: Ilmuwan Sukses Reka Ulang Big Bang

Bagaimana keadaan alam semesta dua detik setelah Big Bang terjadi? Selama ini, kita hanya bisa menjawab pertanyaan seperti ini – dengan asumsi kita percaya bahwa pembentukan alam semesta diawali oleh Big Bang – dengan imajinasi: kita hanya membayangkan apa yang terjadi “ketika” itu. Tetapi, dengan sains yang sudah maju seperti sekarang, kita belum juga memperoleh bukti empiris tentang keadaan itu.

Akan tetapi, sains terkini sudah selangkah lebih maju untuk menyediakan bukti empiris bagi jawaban pertanyaan tersebut. Baru-baru ini, instalasi eksperimen fisika partikel ALICE di CERN, bagian dari program Large Hadron Collider, berhasil menabrakkan ion-ion penting di dalam akselerator raksasa. Dalam eksperimen selama 7 bulan itu, ilmuwan berhasil menabrakkan proton yang menimbulkan energi paling besar yang pernah tercatat dalam eksperimen fisika partsikel.

Minggu, 07 November 2010

Foto Bulan oleh Chang'e 2



Foto ini, yang diambil oleh wahana pengorbit Bulan milik China, Change'2, menunjukkan sebuah kawah di Teluk Pelangi. Foto ini adalah salah satu dari foto-foto yang diumumkan kepada publik oleh badan luar angkasa China.
Kredit: China Luar Exploration Program.

Sumber: Space.com

Sabtu, 06 November 2010

Malcolm Hartley: Sang Penemu Komet

Petang itu, 16 Maret 1986, Hartley melaksanakan prosedur kendali mutu untuk teleskop Schmidt berukuran 1,2 meter milik Siding Spring Observatory di New South Wales, Australia. Ia memeriksa pelat kaca foto berukuran 36 x 36 cm (14 x 14 inci) setelah pelat itu terpapar langit malam selama 60 menit pada malam sebelumnya. Ia menemukan sesuatu yang seharusnya tidak ada pada pelat tersebut.

Pada pelat itu, bintang dan benda-benda langit yang lain tampak sebagai gambar-gambar berwarna hitam dengan latar belakang yang jernih. Hartley menemukan citraan kabur seperti kabut berwarna gelap di sekitar citraan sebuah jalur. Jalur itu menunjukkan adanya suatu benda yang bergerak cepat di luar angkasa. Asteroid tidak menimbulkan citraan seperti kabut itu. Hartley menduga, jalur itu adalah sebuah komet.

Jumat, 05 November 2010

Komet Hartley 2: Dari Dekat

Wahana antariksa tak berawak Deep Impact, dengan instrumen EPOXI-nya, akhirnya berhasil mendekati komet Hartley 2 pada 4 November 2010. Jarak di antara keduanya kini tinggal sekitar 700 km. Dalam jarak yang relatif rapat itu, EPOXI bisa leluasa memfokuskan lensa-lensa kameranya dan mengirimkan foto-foto fantastis kepada kendali misi di Bumi.

Komet Hartley 2 melintas dengan kecepatan 27.000 km/jam (27 kali kecepatan suara). Jarak lintasannya dari Bumi relatif dekat, hanya 0,12 AU (1 AU/Astronomical Units=150 juta km). EPOXI punya waktu tiga minggu untuk memotreti Hartley 2 sebelum komet itu menghilang di kedalaman jagat raya. Hartley 2 baru akan terlihat lagi dari Bumi antara 6 hingga 9 tahun kemudian.

Tantangan Baru bagi Big Bang

Teori yang paling populer sekarang ini tentang penciptaan alam semesta adalah Big Bang atau Dentuman/Ledakan Besar. Stephen Hawking meyakini dan mempromosikan teori ini melalui pelbagai buku, seminar dan tayangan audiovisual. Akan tetapi fisikawan Nobel Niels Bohr pernah mempertanyakan teori tersebut.

Semakin banyak data dan teori yang mempertanyakan apakah memang jagat raya ini bermula dengan sebuah Dentuman Besar sekitar 13,75 milyar tahun silam. Masih terbuka kemungkinan bahwa jauh di masa depan nanti kita akan merenungkan Big Bang dan tak habis pikir bagaimana bisa ada orang yang percaya dengan teori penciptaan yang tak didukung bukti yang kuat ini.

Kamis, 04 November 2010

Mencari Mikroba di Mars

Dalam sejarah planet kita, diketahui bahwa Bumi saling bertukar bebatuan sebanyak sekitar satu juta ton dengan planet tetangga, Mars. Kini ilmuwan berpikir, apakah mungkin bahwa satu atau sebagian dari bebatuan tersebut mengandung mikroba (atau mikroba-mikroba) mungil yang selamat ketika menempuh perjalanan antarplanet?

Pada 2018 nanti, ilmuwan akan menguji hipotesis tersebut dengan melakukan pencarian DNA di bawah permukaan Mars. DNA tersebut diperkirakan mirip dengan DNA yang ada di Bumi. Proyek tersebut akan didanai oleh NASA dan anggotanya para ilmuwan dari MIT. Namanya agak “meleset” dari nama yang telah dikenal umum dalam pencarian makhluk hidup di luar planet Bumi: SETG  - Search for Extraterrestrial Genome/Pencarian Genom di Luar Bumi.

Rabu, 03 November 2010

Foto Hari Ini: Nil Malam Hari dari ISS


Astronot Douglas Wheelock memotret Sungai Nil pada malam hari ketika ISS mengorbit di atas sungai itu pada hari Sabtu, 27 Oktober 2010. Kawasan yang berpenduduk tampak lebih terang - tentu karena lampu-lampu yang menyala. Gurun Sahara yang membentang luas dan gelap tampak sangat kontras.

Sumber: dailygalaxy.com

Selasa, 02 November 2010

Selamat Ulang Tahun ke-10, ISS

Seperti apa pemandangan Bumi dari luar angkasa? Apakah ada kemungkinan bahwa manusia bisa tinggal di luar angkasa dalam waktu lama dengan selamat? Apakah suatu saat nanti manusia bisa menjejakkan kaki di asteroid atau Mars, atau bahkan melanglang hingga keluar dari Tata Surya?

Salah satu alasan pembangunan ISS (International Space Station – Stasiun Antariksa Internasional) adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti di atas. Tentu saja, kita masih harus bersabar untuk memperoleh jawaban yang memuaskan dari eksperimen-eksperiman yang dilakukan di ISS.

Mars Pernah Dihuni Makhluk Hidup

Sekitar 3,5 juta tahun lalu, iklim di Mars berubah drastis dari hangat dan basah menjadi kering dan dingin. Sekelompok ahli geologi planet dari Brown University memperoleh bukti tentang perubahan iklim tersebut. Bukti ini sekaligus mengisyaratkan adanya sebuah microenvironment (lingkungan hidup mikro) di Mars.

Bukti tersebut berupa gundukan mineral yang tertimbun dalam lereng sebuah bekas gunung berapi. Diduga, gundukan tersebut terbentuk sekitar 3,5 juta tahun lalu. Dengan menggunakan Mars Reconnaissance Orbiter, para geolog tersebut memastikan bahwa mineral tersebut adalah silika hidrat (hydrated silica).