Penelitian lebih lanjut akan mengungkapkan tentang material apa saja yang ada ketika Tata Surya terbentuk. Selain itu, berdasarkan pengetahuan tentang komposisi asteroid, dapat disusun rencana yang lebih terpadu bagi mitigasi efek-efek asteroid terhadap Bumi.
Hayabusa diluncurkan ke luar angkasa pada 2003 dengan tujuan mengumpulkan sampel dari asteroid Itokawa. Namun muncul kemungkinan wahana ini tidak akan kembali karena terbanting-banting ketika mendarat di asteroid tersebut dan mengalami beberapa kerusakan teknis pada 2005, saat wahana tersebut berada sejauh 300 juta km dari Bumi. Tetapi Hayabusa kembali berfungsi normal dan mengirimkan sebuah kapstul yang mendarat dengan selamat di Movie Camerain, Australia, pada Juni 2010.
Pada Juli 2010, JAXA telah mengumumkan bahwa debu yang terbawa oleh kapsul Hayabusa merupakan debu yang berasal dari antariksa. Akan tetapi saat itu masih muncul dugaan bahwa kapsul tersebut telah terkontaminasi oleh partikel dari Bumi. Namun, setelah menganalisis sekitar 1500 sampel dengan menggunakan scanning electron microscope, JAXA menyatakan bahwa hampir semua material pada kapsul Hayabusa memang berasal dari luar angkasa, tepatnya dari asteorid Itokawa.
Elemen dan mineral dalam debu yang terangkut oleh kapsul Hayabusa – termasuk olivine dan plagioclase – mirip dengan yang terdapat pada meteorit primitif dan tidak berkaitan dengan bebatuan apapun yang ditemukan di permukaan Bumi. Salah satu mineral dalam debu tersebut, yang disebut troilite (iron sulphide) bahkan tidak ada di Bumi.
Dalam beberapa tahun ke depan, analisis atas partikel-partikel tersebut akan mengungkapkan lebih jauh tentang asteroid, meteorit, dan formasi Tata Surya. Partikel-partikel dari Itokawa memiliki kemungkinan memperoleh mineral-mineralnya dari Tata Surya ketika masih muda, tidak seperti meteorit yang komposisinya telah berubah karena adanya tekanan dan temperatur tinggi ketika memasuki Bumi.***
Sumber: Newscientist/JAXA
Sumber ilustrasi: Newscientist
Tidak ada komentar:
Posting Komentar