Jumat, 12 November 2010

Penjelasan Baru tentang Sisi Gelap Bulan

“I’ll see you on the dark side of the moon”, demikian bunyi lirik salah satu lagu Pink Floyd. “Dark side of the moon” atau “sisi gelap bulan” pada larik itu merujuk pada suatu keadaan yang memang ada namun misterius dan tak terlihat oleh mata telanjang. Dengan demikian, istilah itu lebih cenderung bersifat metaforis, bukan denotatif atau merujuk pada makna sebenarnya.

Akan tetapi metafor dibentuk dengan membandingkan dua hal atau keadaan yang salah satu aspeknya memiliki kesamaan. Keadaan yang dilukiskan oleh Pink Floyd itu memang dalam pengertian tertentu mirip dengan fenomena yang diperlihatkan oleh Bulan, yang salah satu sisinya tidak pernah dapat terlihat dengan mata telanjang dari Bumi.


Dengan demikian, “sisi gelap bulan” versi Pink Floyd memang ada namun lebih tepat jika dipahami secara estetis, sedangkan bagian Bulan yang tidak pernah terlihat dari Bumi itu lebih tepat, dan lebih sesuai dengan fakta ilmiah, jika dipahami dengan istilah “sisi jauh Bulan” (“far side of the Moon”).

Sejak dulu hanya satu wajah
Sejak dulu, Bulan memang hanya memperlihatkan sisi yang sama kepada manusia di Bumi, yaitu sisi dekatnya. Oleh karena itu orang pada zaman dulu bisa melakukan pengamatan yang intensif pada permukaan satelit Bumi tersebut. Pengamatan mereka, misalnya, bisa menemukan adanya kawah-kawah di Bulan, atau ilusi-ilusi optis seperti orang tua yang sedang duduk-duduk.

Manusia pertama kali bisa melihat sisi jauh bulan pada 1959 dari wahana luar angkasa tak berawak. Mata telanjang manusia pertama kali melihat sisi tersebut melalui misi Apollo 8 pada 1968. Walaupun demikian, Bulan belum dipetakan secara lengkap oleh instrumen manusia, terutama sisi jauhnya. Akan tetapi Ian Garrick-Bethell, ilmuwan Bulan, dari University of California, Santa Cruz, baru-baru ini mengumumkan sebuah cara untuk memperoleh bayangan tentang sisi jauh Bulan.

Cara tersebut berupa rumus matematis yang dirancang untuk menerangkan, paling tidak, sebagian dari geografi dan geologi bulan (mungkin istilah yang lebih tepat “lunarografi” dan “lunarologi”?). Setelah manusia berhasil mendarat di Bulan, diketahui bahwa sisi dekat dan sisi jauh bulan sangat berbeda. Misalnya, peninggian kawasan di kawasan sisi jauh bulan sekitar 1,9 km lebih tinggi daripada tinggi rata-rata.

Samudera Magma di Bulan
Bentang daratan di sisi jauh Bulan yang diterangkan oleh tersebut tentu merupakan kawasan Bulan yang lebih tua karena terletak di Kutub Selatan purba Aitken Basin. Rumus matematika ini sendiri mirip dengan rumus yang bisa diterapkan untuk mengukur efek Jupiter pada bulan salah satu planet raksasa tersebut, yaitu Europa.

Menurut Garrick-Bethell, “Europa dan Bulan memang berbeda, akan tetapi pada masa lalu, Bulan memiliki samudera berisi cairan di bawah keraknya, yang mirip dengan apa yang ada di Europa. Tetapi, samudera di Bulan berwujud batuan cair, bukan air.”

Kita tahu, Bulan mempengaruhi samudera di Bumi dengan gravitasinya. Demikian juga Bumi mempengaruhi samudera di Bulan. Ilmuwan meduga, sekitar 4,4 milyar tahun silam, ketika Bulan belum lagi mencapai usia 100 juta tahun dan keraknya mengambang di atas samudera batuan cair, efek gelombang ini menyebabkan distorsi dan kemudian membeku.

“Manusia telah mencari penjelasan yang terkait dengan gelombang pada ukuran dan bentuk Bulan yang besar selama 100 tahun,” tutur Garrick-Bethell. “Kuncinya adalah mengamati kawasan tertentu di Bulan yanglebih tua, bukan menguji hipotesis tentang Bulan secara keseluruhan seperti yang selama ini dilakukan. Bulan memiliki berbagai proses geologis yang berbeda, ada yang tua ada yang muda, jadi kurang tepat kalau mengeksplorasinya secara keseluruhan.”

Temuan tersebut akan mengungkap proses-proses fundamental yang membentuk kerak bulan. Para peneliti mengungkapkan temuan mereka dalam jurnal Science edisi 12 November 2010.***


Sumber: Space.com
Sumber ilustrasi: popartuk.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar