Sabtu, 13 November 2010

Mars: Planet Air?

Geografi (atau marsografi?) belahan utara dan kutub selatan Mars sangat berbeda. Selama ini data yang diperoleh dari Mars menunjukkan, kondisi-kondisi yang dapat menopang kehidupan hanya ada di belahan selatan Mars. Namun, data observasi terbaru dari dua wahana antariksa tak berawak yang mengorbit Mars menemukan adanya mineral di kutub utara Mars. Artinya, pada salah satu fase dalam sejarah Mars, kondisi yang dapat menopang kehidupan pernah ada secara global di planet merah tersebut.

Mars Express milik ESA dan Mars Reconnaissance milik NASA menemukan mineral-mineral lempung, yang merupakan tanda adanya lingkungan basah, pada ribuan situs di dataran tinggi Mars belahan selatan. Di belahan itu, bebatuan di atas maupun di dekat permukaan berusia hingga 4 milyar tahun. Hingga minggu ini minggu ke-2 November 2010), memang mineral semacam itu memang tidak ditemukan di belahan utara Mars yang berupa dataran rendah. Di sisi ini, aktivitas vulkanik yang lebih muda telah mengubur lebih dalam permukaan yang usinya lebih tua.

Ilmuwan Perancis dan AS melaporkan, beberapa kawah yang membentang di atas bebatuan yang berumur muda di belahan utara Mars memperlihatkan adanya kandungan mineral yang mirip dengan lingkungan basah. Bukti lain tentang keberadaan air dalam bentuk cairan dalam sejrah Mars yang lebih akhir cenderung menujukkan periode lingkungan basah yang lebih singkat atau air yang mengandung lebih banyak asam atau garam.

Pengamatan awal melalui spektrometer OMEGA di Mars Express telah secara sementara mendeteksio adanya phyllosilicates – mineral mirip-lempung – di beberapa kawah di belahan utara, namun kandungannya hanya kecil. CRISM (Compact Reconnaissance Imaging Spectrometer for Mars), instrumen yang terpasang pada Mars Reconnaissance, memeriksa 91 kawah di belahan utara Mars secara lebih fokus. Di kawasan tersebut, sembilan kawah ditemukan mengandung mineral lempung dan phyllosilicates, atau silika hidrat dalam bentuk lain yang terbentuk dalam lingkungan basah baik di permukaan maupun di bawah tanah.

Untuk mengonfirmasi temuan mengejutkan tersebut, diperlukan resolusi spasial yang lebih baik. Kedua instrumen pada wahana-wahana tak berawak yang sedang mengorbit Mars memiliki kelebihan masing-masing, sehingga akan lebih menguntungkan jika keduanya digabungkan. Temuan terbaru ini sendiri membantu interpretasi tentang kapan lingkungan basah di Mars purba ada secara relatif terhadap beberapa fase penting lain dalam sejarah awal Mars.

Teori yang dominan menjelaskan, belahan utara Mars memiliki ketinggian yang lebih rendah daripada belahan selatan karena dulu sekali sebuah benda raksasa menabrak belahan utara Mars dan menjadikan hampir separuh permukaan planet sebagai kawah tumbukan paling besar di Tata Surya. Temuan terbaru menunjukkan, adanya formasi air yang terkait dengan mineral, dan dengan demikian keberadaan lingkungan yang basah, terjadi antara tumbukan raksasa tersebut dan ketika endapan yang lebih muda membentuk mantel planet.***

Sumber: Dailygalaxy/NASA/JPL
Sumber gambar: Dailygalaxy.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar