Sabtu, 13 November 2010

Eris, “Planet Kesepuluh”: Mungkin Lebih Kecil daripada Pluto

Ketika Eris ditemukan oleh Mike Brown pada 2005, planet kerdil ini langsung merebut status Pluto sebagai planet kerdil dan objek luar angkasa terbesar di Kuiper Belt, cincin yang dihuni benda-benda luar angkasa berlapis es setelah Neptunus.

Namun, mungkin Pluto akan kembali merebut status tersebut setelah okultasi (occultation), atau melintasnya sebuah benda angkasa di depan benda angkasa lain, pada November 2010 ini membuka kemungkinan bahwa Eris lebih kecil daripada Pluto.

Walaupun telah mengetahui bahwa Eris akan melintas di depan sebuah bintang, astronom tidak bisa memprediksi dengan akurat jalur okultasi tersebut. Kepastian mengenai jalur lintasan hanya mencakup jalur yang sangat luas – okultasi Eris akan bisa disaksikan di sebuah tempat di Amerika Selatan. Ternyata astronom yang beruntung adalah tiga tim yang menunggu di Pegunungan Andes, Chili, yang masing-masing hanya menggunakan teleskop yang tegolong kelas menengah.

Emmanuel Jehin dari Universtas Liege, Belgia, melacak peristiwa tersebut dengan teleskop TRAPPSIST 60 cm di La Silla Observatory. Jehin mendapatkan tujuh frame yang memperlihatkan bahwa bintang yang menjadi latar belakang okultasi berkedip. Ketujuh frame tersebut dipotret dengan jeda waktu 4,5 detik, sehingga waktu total okultasi diperkirakan berlangsung sekitar 27 detik.

740 km di utara La Silla, tiga orang astronom, yaitu Sebastian Saravia, Alain Maury, dan Caisey Harlingten, melihat bintang yang sama menghilang selama sekitar 76 detik. Mereka menggunakan teleskop milik Harlingten, teleskop PlaneWave 50 cm, di San Pedri de Atacama Celestial Explorations Observatory. Okultasi Eris juga dicatat oleh teleskop 40 cm yang dioperasikan dari jauh di sebuah kubah di situs SPACE, yang dikontrol oleh Jose-Luis Ortiz dari Institute of Astrophysycs of Andalusia, Spanyol.

Pengukuran yang njlimet
Okultasi biasanya menjadi wahana yang ampuh untuk menentukan apakah sebuah benda antariksa memiliki atmosfer atau tidak. Akan tetapi para peneliti Eris belum mampu menjelaskan apakah Eris yang baru saja melakukan okultasi memiliki atmosfer atau tidak. Reflektivitas atau daya pantul Eris yang tergolong tinggi, ditambah dengan jaraknya yang jauh, menimbulkan dugaan bahwa planet kerdil tersebut hanya menyerap sedikit cahaya Matahari sehingga tidak mampu mencairkan es.

Walaupun demikian, pada okultasi Pluto pada 1988, ilmuwan dikejutkan oleh kenyataan bahwa Pluto memiliki atmosfer yang tipis. Kemungkinan ada atau tidaknya atmosfer di Eris dengan demikian masih terbuka. Okultasi Eris tahun ini sendiri adalah peristiwa yang layak dirayakan. Sejauh ini, inilah okultasi benda luar angkasa yang paling jauh yang berhasil dilacak.

Hasil pengamatan okultasi Eris yang dilakukan di tiga tempat yang berbeda di Bumi menghasilkan rekaman bayangan Eris yang berbeda. Berdasarkan bayangan ini, dan dengan mengasumsikan bahwa Eris berbentuk bulat, ilmuwan dapat memperkirakan diameter Eris. Tapi angka yang pasti sulit ditetapkan. Bruno Sicardy dari Paris Observatory, menjelaskan, waktu yang diperoleh dengan mengkalkulasi kurva cahaya ketiga teleskop okultasi Eris tidak bisa dipastikan.

Namun, Sicardy memperkirakan, “Hampir pasti Eris memiliki radius kurang dari 1170 km.” Artnya, Eris lebih kecil daripada Pluto, yang radiusnya diperkirakan 1172 (+ atau – 10 km). Tentu saja angka-angka ini masih mungkin mengecil hingga 50 atau 60 km.

Mike Brown, penemu Eris pada 200, berkomentar dalam situsnya, “Pengukuran kita terhadap benda-benda di Tata Surya bagian luar mengalami banyak sekali kesulitan, tetapi okultasi dengan penentuan waktu seperti yang dilakukan dengan teliti berpotensi memberikan hasil yang juga presisi.”

Mengembang dan Mengecil
Selama ini, Eris dianggap lebih besar daripada Pluto. Citra-citra yang diperoleh pada 2005 oleh Mike Brown dan kawan-kawan dengan Hubble Space Technology memperlihatkan diameter Eris sebesar 2400 km, atau 5% lebih besar daripada Pluto. Namun ukuran yang tepat belum bisa dipastikan karena mata tajam Hubble sendiri hanya mampu melihat sedikit saja dari bentuk Pluto yang berupa piringan. Jarak Eris sendiri adalah 14 milyar km dari Matahari, atau dua kali lipat jarak Pluto dengan Matahari.

Observasi oleh Spitzer Space Telescope menghasilkan angka diameter hampir mendekati 2600 km. Sementara itu, kelompok lain yang menggunakan teleskop radio IRAM di Spanyol, bahkan menghasilkan angka hingga 3000 km. Namun, astronom kini menyadari bahwa sumbu Eris mengarah ke Matahari. Posisi ini akan menyebabkan bagian yang terkena sinar Matahari lebih panas daripada suhu rata-rata di planet kerdil tersebut dan cenderung menyebabkan pengukuran dengan inframerah menghasilkan angka yang lebih besar.

Okultasi Eris pada 2010 yang relatif singkat ini, ditambah dengan observasi negatif film dari sepasang teleskop di Argentina, mengungkapkan bahwa Eris tidak sebesar yang selama ini diperkirakan. Jadi, observasi dari Chili kali ini lebih dekat dengan hasil observasi Hubble.

Secara umum, massa Eris dapat diperkirakan dari orbit bulannya, yaitu Dysmonia. Besarnya sekitar 125% massa Pluto. Jika hasil dari okultasi 2010 ini benar, maka kepadatan Eris tentu lebih tinggi, sekitar 2,5 g/m3 atau lebih, dan albeldo atau daya pantulnya paling tidak sebesar 90 persen.***


Sumber: Newscientist.com
Sumber ilustrasi:  Newscientist.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar