Jumat, 05 November 2010

Komet Hartley 2: Dari Dekat

Wahana antariksa tak berawak Deep Impact, dengan instrumen EPOXI-nya, akhirnya berhasil mendekati komet Hartley 2 pada 4 November 2010. Jarak di antara keduanya kini tinggal sekitar 700 km. Dalam jarak yang relatif rapat itu, EPOXI bisa leluasa memfokuskan lensa-lensa kameranya dan mengirimkan foto-foto fantastis kepada kendali misi di Bumi.

Komet Hartley 2 melintas dengan kecepatan 27.000 km/jam (27 kali kecepatan suara). Jarak lintasannya dari Bumi relatif dekat, hanya 0,12 AU (1 AU/Astronomical Units=150 juta km). EPOXI punya waktu tiga minggu untuk memotreti Hartley 2 sebelum komet itu menghilang di kedalaman jagat raya. Hartley 2 baru akan terlihat lagi dari Bumi antara 6 hingga 9 tahun kemudian.


Selama misi pengamatan Hartley 2 berlangsung, yang merupakan misi pengamatan komet dari dekat ke-5 yang pernah dilaksanakan NASA, EPOXI dirancang untuk mengirimkan 120.000 gambar close up Hartley 2. Foto-foto nukleus komet ini bisa membantu ilmuwan memahami struktur dan perilaku komet. Pengetahuan tentang komet berguna untuk memahami proses pembentukan Tata Surya karena komet adalah sisa dari proses tersebut.

Sangat Aktif
Foto-foto kiriman EPOXI memperlihatkan bahwa Hartley 2 berukuran lebih kecil daripada komet-komet lain yang pernah diamati dari dekat. Komet ini hanya berdiameter 2 km dan bentuknya mirip paha ayam atau kacang tanah. Tekstur permukaannya sangat kasar. Akan tetapi komet ini sangat aktif karena menyemburkan banyak debu dan gas.

Menariknya, gas yang disemburkan oleh Hartley 2 sebagian besar adalah karbon dioksida. Padahal, selama ini ilmuwan menganggap bahwa bahan bakar komet, yang menyebabkan pengembara luar angkasa ini mampu bergerak sangat cepat ketika menempuh orbitnya yang lonjong, adalah air. Selain itu, ilmuwan juga menemukan bahwa semburan karbon dioksida tersebut muncul dari bagian komet yang paling kasar.

Pengamatan lebih dekat menunjukkan semburan debu dan gas muncul dari berbagai bagian komet, bukan hanya dari bagian yang terkena sinar Matahari. Gas dan debu Hartley 2 menyembur dari sisinya yang gelap dan juga dari bagian-bagian pinggirnya. Padahal, selama ini diyakini bahwa sinar Matahari menyebabkan nukleus atau inti komet melepaskan gas dan debu yang sering terlihat sebagai “ekor” komet.

Sebelumnya, pada September 2010, Deep Impact juga telah mengamati semburan gas sianida dalam jumlah besar oleh Hartley 2. Akan tetapi semburan itu tidak menimbulkan debu. Biasanya, semburan semacam ini mengandung material padat yang berasal dari bawah permukaan komet. Kesimpulan tentang Hartley 2 baru bisa ditarik setelah instrumen spektrometer inframerah di Deep Impact mengirimkan lebih banyak lagi data.

Komet Hartley 2 masih akan mengorbit Matahari hingga beberapa tahun ke depan. Matahari membakar 1 hingga 1,5 meter permukaannya setiap kali komet ini menyelesaikan satu kali putaran orbit. Bagian terkecil Hartley 2 hanya berukuran 500 meter. Jadi, usia komet ini diperkirakan hanya tinggal sekitar seabad lagi.

Deep Impact
Awalnya, Deep Impact dirancang untuk menjadi kapal induk dan pengamat dalam sebuah misi antariksa yang dilaksanakan pada 2005. Misi tersebut adalah penabrakan sebuah wahana antariksa seberat 371 kg ke komet Tempel 1. Setelah misi tersebut sukses, NASA mendaur-ulang dan merancang-ulang Deep Impact, yang bernilai $252 juta, untuk memburu komet Hartley 2.

Dalam misi memburu Hartley 2, Deep Impact menempuh jarak sekitar 4,6 milyar km. Misi ini menghabiskan biaya $45 juta. Kini, pesawat ini hampir kehabisan bahan bakar dan tidak mungkin mampu mencegat kosmet lain lagi. Walaupun muncul usulan untuk memensiunkan Deep Impact, ada juga usulan untuk menjadikannya sebagai semacam stasiun pengamat tetap di luar angkasa.

Nama misi EPOXI sendiri diturunkan dari tugas penyelidikan ganda yang dilaksanakannya, yaitu Extrasolar Planet Observation and Characterization (EPOCh) and Deep Impact Extended Investigations (DIXI).



Sumber: Space.com/Dailygalaxy/NASA/Spacedaily/Cometography.com
Sumber foto: Space.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar