Selasa, 07 Desember 2010

Akatsuki Tiba di Venus

Akatsuki akhirnya tiba di Venus Senin sore, 7 Desember 2010. Namun, para pejabat Jepang masih mengevaluasi apakah wahana antariksa milik mereka yang berharga $300 juta dan berat 1000 pon ini telah benar-benar berhasil mencapai orbit di sekitar planet kedua tersebut agar dapat memulai pengamatan cuaca.


Akatsuki diharapkan dapat menyalakan mesin utamanya sekitar 23:49 GMT, Senin, selama sekitar 12 menit, yang akan memperlambat wahana ini sehingga dapat tertangkap oleh gravitasi Venus. Para insinyur telah mengkonfirmasi penyalaan roket pendorong Akatsuki sebelum melintas di belakang Venus, sehingga komunikasi diperkirakan akan terhalang selama 22 menit.

Namun, kendali misi tidak berhasil mendapatkan komunikasi sesuai jadwal. Hal ini menimbulkan drama di dalam gedung kendali misi di Sagamihara, Jepang. Sinyal akhirnya berhasil didapatkan pada 01:28 GMT atau pukul 10:28 waktu Jepang. Selanjutnya, kendali misi mengevaluasi apakah Akatsuki benar-benar telah memasuki orbit Venus.

Wahana tersebut dijadwalkan melintas pada malam hari di kawasan bayangan Venus pada sekitar 00:36 GMT dan terkena sinar Matahari lagi satu jam kemudian. JAXA memperkirakan diperlukan sekitar 12 jam untuk mengevaluasi apakah Akatsuki memang telah mencapai posisi yang dijadwalkan.

Akatsuki, yang berarti “fajar” dalam bahasa Jepang, dijadwalkan masuk ke orbit pada jarak terdekat 342 mil dan jarak terjauh 118.000 mil di atas permukaan Venus. Roket pendorong dijadwalkan dinyalakan lagi pada 9, 11, dan 13 Desember untuk mencapai posisi operasional di ketinggian antara 342-49.700 mil.

Observasi ilmiah dijadwalkan dapat dimulai pada Januari 2011, termasuk studi bersama dengan wahana pengorbit Venus milik ESA, Venus Express, yang telah berada di planet tersebut sejak 2006.

Akatsuki diberangkatkan pada 20 mei 2010 dari Tanegashima Space Center di Jepang selatan dan telah menempuh jarak 300 juta mil sebelum tiba di Venus. Kelima kamera Akatsuki dirancang untuk mengumpulkan data tentang atmosfer Venus dan efek rumah kaca dalam misi yang berlangsung selama dua tahun. Akatsuki juga membawa pelbagai sensor untuk mencari gunung api aktif dan badai petir.***

Sumber: Spaceflightnow.com
Sumber ilustrasi: Spaceflightnow.com