Kamis, 28 Oktober 2010

Planet Ekstrasolar (2)


Lanjutan dari Planet Ekstrasolar (1)

Astrometri
Mirip dengan pelacakan kecepatan radial, astrometri mendeteksi planet ekstrasolar dengan cara mengukur gangguan yang muncul pada posisi sebuah bintang. Gangguan itu disebabkan oleh planet (atau planet-planet) tak terlihat yang mengelilingi bintang tersebut. Biasanya, bintang induk bergerak dalam lintasan melingkar yang kecil dengan radius yang tergantung pada massa planet dan jarak planet tersebut dari bintang induk.

Belum ada penemuan yang dilaporkan pencari planet ekstrasolar yang menggunakan metode ini.

Pulsar Timing 
Planet yang mengorbit sebuah bintang akan mempengaruhi timing atau tempo sinyal yang secara teratur dipancarkan oleh bintang tersebut. Fenomena ini bisa digunakan untuk mendeteksi planet yang ada di sekitar sebuah pulsar. Pulsar memancarkan gelombang radio secara teratur ketika berotasi sehingga menimbulkan pancaran yang berdenyut-denyut.

Jika sebuah planet mengganggu gerakan bintang tersebut, maka tempo sinyal juga akan terpengaruh. Dengan metode inilah planet ekstrasolar yang pertama ditemukan.

Transit 
Transit adalah peristiwa ketika sebuah planet ekstrasolar melintas di antara Bumi dan bintang induknya. Planet tersebut akan menghalangi beberapa berkas sinar selama transit terjadi dan mengurangi kecerahan bintang. Efek ini bisa diukur menggunakan fotometri, yang mengukur jumlah cahaya yang dipancarkan benda-benda langit. Dengan metode ini, kita juga bisa mempelajari atmosfer sebuah planet ekstrasolar.

Ketika sebuah planet ekstrasolar melintas di depan bintang induknya, cahaya bintang induk akan melintasi atmosfer planet tersebut. Sebagian di antara cahaya itu akan diserap. Dengan membandingkan data spektrum cahaya bintang induk "sebelum" dan "sesudah" terjadinya transit, komposisi planet bisa ditentukan. OGLE (Optical Gravitational Lensing Experiment), di Las Campanas, Chili, menerapkan metode ini.

Pengukuran kecepatan radial, digabungkan dengan fotometri transit, bisa digunakan untuk menentukan bukan hanya massa sebuah planet, tetapi juga radius dan kepadatannya.

Pelensaan Mikro Gravitasional (Gravitational Microlensing) 
Gravitasi sebuah benda besar akan membengkokkan cahaya dari objek-objek yang jauh dan memperbesar cahaya tersebut. Ketika cahaya dari objek di latar belakang bergerak ke arah Bumi, jalurnya akan dibengkokkan atau dilengkungkan ketika melintasi objek apapun yang sejajar dengan benda tersebut.

Karena efek pelensaan mikro berlaku pada radiasi dari sumber cahaya yang ada di latar belakang, teknik ini bisa digunakan untuk mempelajari sebuah objek apapun yang melintas di antara sumber cahaya tersebut dan hanya memiliki atau tidak memiliki cahaya, seperti lubang hitam atau planet-planet di sekitar bintang yang sangat jauh.

Misalnya massa yang akan dipelajari adalah bintang yang menjadi induk sebuah planet. Bintang tersebut, yang terletak di belakang planet, memancarkan cahaya. Jika diukur, cahaya ini memperlihatkan gelombang cahaya tambahan. Ukuran dan bentuk gelombang tambahan itu akan tergantung pada massa dan jarak planet dengan bintang induk.

Planet ekstrasolar OGLE 2003-BLG-235/MOA 2003-BLG-53 adalah planet pertama yang ditemukan dengan menggunakan teknik ini pada 2003. Teknik ini tidak bisa diandalkan karena tergantung pada peristiwa kebetulan, yaitu jika bintang induk dan bakal planet berada dalam garis yang sejajar. Akibatnya, pengukuran dengan metode ini harus diverifikasi oleh metode lain.

Planet Esktrasolar dan Kehidupan Esktraterrestrial 
Penemuan planet-planet ekstrasolar menyalakan kembali dugaan dan imajinasi tentang kehidupan ekstraterrestrial. Jika memang ada tata surya lain (“T” dan “S” kecil – menandakan bahwa yang dirujuk bukan tata surya kita), terbuka juga kemungkinan bahwa ada planet lain yang mirip Bumi. Mirip Bumi bisa diartikan, secara sederhana, memiliki hidrogen, oksigen dan karbon yang cukup untuk menyusun makhluk hidup – dengan struktur kimia yang sama dengan manusia.

Sejauh ini, sebagian besar dari planet yang telah ditemukan dan dikonfirmasi keberadaannya tidak memiliki kondisi yang mirip dengan Bumi. Sebagian besar terletak terlalu dekat dengan bintang induk sehingga air tidak mungkin terbentuk – pasti langsung menguap. Namun, kemungkinan adanya kehidupan esktraterrestrial masih tetap terbuka dengan ditemukannya Gliese 581 b, 20 tahun cahaya dari Bumi, yang diklaim berada dalam zona yang bisa ditinggali (habitable zone).

Lagipula, ukuran planet-planet yang telah ditemukan itu sebagian besar jauh lebih besar daripada Bumi – seukuran Jupiter. Jika nanti, entah kapan, ditemukan planet ekstrasolar yang seukuran Bumi (Earth-sized), dan planet itu terletak dalam zona yang bisa ditinggali, bisa jadi kehidupan ekstraterrrestrial akan ditemukan di sana. Tidak harus berwujud makhluk yang strukturnya rumit seperti kita, namun bisa juga hanya berupa makhluk bersel satu atau bakteri.


Sumber ilustrasi: sciencedailiy.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar