Selasa, 21 Desember 2010

“Planet Penjaga”: Dibutuhkan atau Tidak?

Jumlah planet ekstrasurya yang telah ditemukan hingga kini melampaui angka 500. Sebagian besar dari planet tersebut adalah “hot Jupiter”, bola gas raksasa yang seukuran dengan Jupiter.

Namun, The Astrophysical Journal edisi Januari 2011 melaporkan hasil pengamatan Anglo-Australian Planet Search (AAPS) yang menunjukkan bahwa jumlah “hot Jupiter”, yang juga memiliki orbit yang mirip dengan orbit Jupiter, kemungkinan tidak sebanyak yang dianggap selama ini.

Hasil pengamatan itu sekaligus memicu perdebatan: apakah planet yang mirip Jupiter memang diperlukan agar suatu kehidupan yang cerdas dapat berkembang – di planet(-planet) lain dalam tata surya yang menjadi tempat tinggal planet mirip Jupiter itu?

Tim AAPS menganalisis data dari 123 bintang yang terletak sejauh 325 tahun cahaya dari Tata Surya. Pengamatan yang dilakukan selama delapan tahun tersebut ditujukan untuk mencari “analog Jupiter”, yaitu planet-planet gas raksasa yang memiliki orbit hampir berbentuk lingkaran dengan revolusi delapan tahun.

Mereka menemukan, hanya 3,3% dari bintang-bintang yang dianalisis tersebut yang memiliki analog Jupiter. Selain itu, melalui simulasi komputer, ditemukan tidak lebih dari 37% saja yang memiliki kemungkinan mempunyai analog Jupiter.

Chris Tinney, astronom University of New South Wales, Sydney, dan pemburu planet yang giat sekaligus co-author studi tersebut, menyatakan, “Sistem planet seperti di Tata Surya kita tidak banyak terdapat di jagat raya ini.”

Ada anggapan, Jupiter melindungi Bumi dari tumbukan benda angkasa yang bisa mengacaukan evolusi kehidupan makhluk cerdas di Bumi dan mungkin juga kehidupan pada taraf bakteri. Anggapan sebaliknya menyatakan, Jupiter itu sendiri bisa dengan mudah melancarkan jalan bagi benda angkasa yang bisa memusnahkan kehidupan di Bumi.

Geoffrey Marcy, astronom dari University of California, Berkeley, AS, yang terlibat dalam penemuan sekitar 250 planet ekstrasurya, menyatakan bahwa garis edar analog Jupiter yang berbentuk hampir lingkaran mungkin memang berpengaruh pada keselestarian kehidupan di planet-planet lingkaran dalam tata surya.

Marcy menjelaskan, gravitasi planet-planet gas dengan garis edar yang panjang dan lonjong dapat menyebabkan planet-planet yang mirip Bumi membentuk orbit yang sangat eksentrik. Garis edar eksentrik semacam ini akan berpengaruh pada suhu dan iklim planet ekstrasurya yang mirip Bumi itu.

Dalam “Life in the Universe”, Stephen Hawking telah mengungkapkan, salah satu sebab terbesar kelangkaan makhluk hidup cerdas di galaksi kita adalah tingginya probabilitas sebuah astoroid atau komet menumbuk planet yang berpenghuni.

Sebagai perbandingan, komet Schumacher-Levi pernah menumbuk Jupiter dan menyebabkan bola-bola api raksasa yang terlontar setinggi rubuan kilometer, gelembung-gelembung gas panas di atmosfer, dan lubang-lubang besar dan gelap di atmosfer.

Diperkirakan, sebuah benda angkasa yang lebih kecil daripada Schumacher-Levi menumbuk Bumi sekitar 70 juta tahun lampau. Tumbukan ini menyebabkan kepunahan dinosaurus. Beberapa mamalia memang selamat, namun makhluk sebesar manusia tentu sudah benar-benar musnah.

Sepanjang sejarah Bumi, tumbukan semacam itu kerap terjadi dengan rata-rata setiap satu juta tahun. Jika perkiraan ini benar, artinya kehidupan cerdas di Bumi dapat berkembang karena beruntung tidak ditabrak benda angkasa raksasa selama 70 juta tahun.

Profesor Hawking percaya, planet-planet lain di galaksi kita, yang dihuni makhluk hidup, mungkin tidak memiliki periode tanpa tumbukan yang cukup panjang hingga makhluk hidup dapat berevolusi.

Profesor Hawking meramalkan, jika ada komet atau asteroid berdiameter lebih dari 20 km menumbuk Bumi, maka kehidupan di Bumi akan punah total, mulai dari bakteri hingga tanaman. Sebagai perbandingan, asteroid Vesta, salah satu tujuan Dawn Mission, seukuran dengan negara bagian Arizona, AS.

Sejarah Bumi menunjukkan, sebongkah asteroid (atau komet) berdiameter 10 mil melesat ke dalam astmoser dengan kecepatan 25000 mil/jam dan mendarat di kawasan Yucatan, Mexico, dengan kekuatan 100 megaton – setara dengan satu bom yang meluluhkan Hiroshima.

Kalkulasi terbaru menunjukkan, planet kita ini akan menjadi “bola sajlu raksasa” seperti 600 juta tahun lampau, ketika semua samudera membeku akibat tumbukan semacam itu. Bakteri mikroba mungkin bisa selamat, namun tanaman dan hewan sangat rentan menjadi korban dalam jangka waktu panjang.

Rata-rata terjadinya tumbukan tergantung pada jumlah komet dan asteroid yang melayang-layang dalam suatu tata surya. Secara umum, terjadi satu tumbukan besar dalam beberapa juta tahun – hanya sekerjapan mata dari sudut pandang waktu geologis.

Rata-rata tersebut juga dipengaruhi seberapa sering benda-benda luar angkasa tersebut terlontar dari garis edarnya semula dan menyusuri garis edar baru yang bersilangan dengan garis edar Bumi. Cepat atau lambat, tentu bakal terjadi tumbukan yang menyebabkan kepunahan massal.

Salah satu kawah akibat tumbukan asteroid yang sangat besar adalah Vredefort. Tumbukan diperkirakan terjadi sekitar 2,023 juta tahun lampau. Lebarnya sekitar 10 km. Beberapa pakar percaya, lebar awalnya mungkin mencapai 250 km. Kota Vredefort terletak di dalam kawah raksasa ini.

Medan gravitasi Jupiter mungkin memang telah menjaga Bumi selama 65 juta tahun ini, dengan mengalihkan arah benda-benda luar angkasa yang mengarah ke Bumi dan dapat menyebabkan kiamat.***

Sumber: cosmosmagazine.com, rationalvedanta.net, dailygalaxy.com
Sumber ilustrasi: dailygalaxy.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar