Minggu, 10 April 2011

AS Menyerahkan Luar Angkasa kepada Rusia

Pada akhir tahun, dongeng luar angkasa tidak akan lagi mencatat AS sebagai penjelajah luar angkasa menggunakan pesawat ulang-alik. Endeavour, pesawat antariksa terakhir AS yang akan menerbangkan suplai ke ISS, akan segera pensiun tahun ini.

Sesuai dengan rencana Presiden Barack Obama tentang antariksa, penerbangan ke orbit akan dilaksanakan oleh swasta. Artinya, sejak akhir tahun ini, semua astronot dari Bumi yang akan menuju ISS akan diangkut dengan wahana Soyuz milik Rusia -- termasuk para astronot AS. Hal ini menimbulkan reaksi dari para pemangku kepentingan antariksa di AS.

Menurut laporan Space Daily, sebagian besar pemerhati antariksa tidak bisa menerima jika AS tidak lagi berpartisipas dalam penjelajahan luar angkasa. Misalnya, John Glen, orang Amerika pertama yang terbang ke orbit planet kita ini, mengeluarkan reaksi keras:


For the world's greatest space-faring nation, this is hard to accept.

Mantan petinggi NASA, Michael Griffin, berkomentar:

We weill be largely dependent on the Russians, and that is a terrible place for the United States to be.

Walaupun demikian, para pekerja NASA yang saat ini bekerja sama dengan pihak Rusia, seperti astronot Sunita Williams, justru berpendapat berbeda. Menurut Williams,

I couldn't imagine when I was going walking on the Red Square or going to a Russian company and working hand in hand with Russian colleagues. We are not competing but we are working together. It's time for joint collaboration and learning from one another. That's just as healthy as the competition that we had in the past.

Sejarah membuktikan bahwa Soyuz hingga saat ini adalah wahana antariksa yang paling aman di dunia. Wahana ini belum pernah sekalipun mengalami kecelakaan parah, apalagi hingga merenggut nyawa astronot. Sebaliknya, AS mencatat beberapa tragedi besar terkait dengan wahana-wahananya.

Misalnya, pada tahun 2003, pesawat luar angkasa Columbia meledak ketika memasuki atmosfer Bumi untuk pulang. Tujuh astronot gugur pada peristiwa ini. Jauh sebelumnya, pada tahun 1986, sejarah mencatat Challenger yang meledak hanya 73 detik setelah diluncurkan.

Presiden Barack Obama sendiri dengan bijak mengungkapkan bahwa kini adalah saatnya untuk kolaborasi global, bukan kompetisi global:

We are no longer in a space race. What was once a global competition has become a global collaboration.

Dengan situasi baru ini, tentu saja perusahaan-perusahaan swasta memperoleh tanggung jawab sekaligus peluang yang besar terkait dengan penerbangan antariksa. Setelah beberapa waktu silanm SpaceX mengujicoba pesawat antariksanya, mungkin dalam waktu kurang dari lima tahun lagi kita bisa menyaksikan penerbangan ke orbit yang dikelola murni oleh swasta.

Imbas situasi ini bagi Indonesia agaknya cukup menantang. Pasalnya, dengan demikian kita harus mengeluarkan biaya lebih banyak lagi karena perusahaan-perusahaan swasta tentu akan memasang tarif tinggi agar dapat menyeimbangkan antara biaya dan pendapatan -- serta keuntungan. Dengan catatan: kalau kita memang akan menerbangkan astronot kita dalam waktu dekat ini.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar