Kamis, 10 Februari 2011

Lengkung Raksasa Orion

Citra baru yang dipublikasikan oleh observatori antariksa Planck milik ESA di atas memperlihatkan tentang kekuatan apa saja yang mempengaruhi pembentukan sebuah bintang. Dari citra tersebut, astronom juga dapat mempelajari tentang proses fisika kompleks yang mendasari pembentukan debu dan gas di galaksi kita.

Sementara teleksop-teleskop regular di Bumi hanya dapat menangkap ruang kosong di antariksa, mata gelombang mikro Planck mampu menangkap jutaan struktur debu dan gas yang berpendar-pendar. Kini, Planck memanfaatkan kemampuannya untuk mencermati kawasan Orion - sebuah kawasan tempat bintang-bintang sedang dilahirkan, sekitar 1500 tahun cahaya dari Bumi.

Citra yang diberikan oleh Planck mencakup sebagian besar dari rasi Orion. Nebula terletak di bagian tengah-bawah yang berwarna terang. Titik terang di sisi kanan adalah Nebula Horsehead atau kepala kuda, yang diberi nama unik tersebut karena adanya akumulasi debu berbentuk pilar yang mirip kepala kuda.

Senin, 07 Februari 2011

LAPAN Sepakati Cara Baru BPK dalam Akses Data

Dengan terungkapnya berbagai kasus korupsi oleh para pejabat negara, seperti yang terungkap dalam kasus Gayus, lembaga-lembaga negara yang lain perlu menunjukkan diri bahwa mereka tidak melakukan apa yang menjadi kecaman masyarakat luas tersebut. Salah satu caranya adalah dengan memberikan akses yang luas dan mudah bagi lembaga pemeriksa anggaran keuangan di Indonesia, yaitu BPK. Tentu saja, transparansi dan kemudahan akses data tersebut tidak boleh berhenti sekadar sebagai pencitraan, melainkan dijadikan sebagai laku berdinas dan berilmu-pengetahuan.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional melakukan penandatanganan kesepakatan dengan BPK tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Informasi untuk Akses Data dalam rangka Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Penandatanganan ini dilakukan bersama dengan beberapa Kementerian dan Lembaga pemerintah lainnya, yatu;  Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, BKKBN, Bakosurtanal, Bapeten, BPKP, BPPT, BATAN, LIPI,BNP2TK serta Lembaga Penyiaran Publik TVRI.

Lapan Manfaatkan Satelit Radar

LAPAN bukan hanya mengurusi soal-soal keantariksaan dan penerbangan saja, melainkan juga bersedia berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan lapangan profesionalnya. Press release berikut ini menunjukkan upaya LAPAN untuk berperan serta dalam pelestarian Bumi.

LAPAN selama ini berkontribusi dalam program penurunan emisi karbon akibat degradasi hutan dan deforestasi. Kontribusi ini dilakukan dengan menggunakan satelit penginderaan jauh berbasis optik. Untuk itu, Indonesia perlu mengeksplorasi kemungkinan menggunakan dan mengakuisisi satelit berbasis radar.

Hal tersebut dijelaskan Kepala Lapan Kepala LAPAN, Dr. Adi Sadewo Salatun, M. Sc. saat membuka Policy Discussion on SAR Satellite Aplication for Supporting MRV, REDD+, and Climate Change Mitigation di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Rabu (2/2). Diskusi tersebut dihadiri para pembuat kebijakan Indonesia yakni dari LAPAN, Bappenas, UKP4, Dewan Nasional Perubahan Iklim, Kementerian Riset dan Teknologi, dan berbagai institusi terkait antara lain Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, BMKG, Bakosurtanal, dan BPPT.

Kepala LAPAN memaparkan, Presiden Indonesia berkomitmen pada dunia internasional untuk menurunkan emisi karbon hingga 26 persen pada 2020. Persentase ini dapat meningkat menjadi 41 persen jika Indonesia mendapat bantuan dari luar negeri.

Untuk mewujudkan komitmen tersebut maka Indonesia melaksanakan program REDD ( Reduction of Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Program ini harus didukung salah satu caranya dengan mewujudkan sistem MRV (Measurement, Reporting, Verivication) dengan berbasis teknologi khususnya penginderaan jauh. MRV merupakan pengukuran emisi karbon akibat degradasi dan deforestasi hutan guna menangani perubahan iklim

Saat ini, LAPAN menjalin kerja sama dengan United Kingdom Space Agency (UKSA) atau lembaga antariksa Inggris dalam pembangunan satelit radar. Pemanfaatan satelit ini untuk menangani perubahan iklim dan peningkatan ekonomi. Kerja sama tersebut akan bermanfaat bagi pembangunan kapasitas MRV. Dari sisi ekonomi, kerja sama ini akan bermanfaat di bidang observasi bumi. Hal ini akan membantu Indonesia antara lain untuk pemantauan ketahanan pangan, pemantauan laut dan perikanan, pemantauan penanaman padi, dan penanganan bencana.

Satelit radar memiliki banyak keunggulan. Menurut Staf Khusus Menristek, Dr. Ade Komara M., satelit radar tidak terpengaruh dengan cahaya matahari. Dengan demikian, satelit ini tetap dapat menghasilkan data saat malam dan saat permukaan bumi tertutup awan.

Menurut Chief Executive UKSA, Dr. David Williams, satelit radar dapat mendeteksi perubahan yang ada di hutan. Satelit tersebut dapat mendeteksi adanya penebangan hutan ilegal dan kebakaran hutan.

David menambahkan, mitigasi perubahan iklim diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup di bumi. Salah satu cara menangani perubahan iklim adalah dengan menjaga hutan.

Kerja sama LAPAN dan UKSA akan memberi efek bagi peningkatan kapasitas sumber daya manusia Indonesia. Hal ini terkait dengan program LAPAN di bidang pengembangan satelit. LAPAN telah mengorbitkan satelit Lapan-Tubsat dan sedang mengembangkan tiga satelit eksperimental, yaitu Lapan-Orari dan Lapan A2 (disebut dengan Twin-Sat), serta Lapan-IPB. Sementara itu, bagi Inggris, kerja sama ini akan meningkatkan peran dan kontribusi negara tersebut di dunia internasional dalam penanganan perubahan iklim.

Sumber: LAPAN
Sumber ilustrasi: LAPAN