Rabu, 29 Desember 2010

SOHO Temukan Komet ke-2000

Pada mulanya diniatkan sebagai wahana pengamat Matahari, SOHO (Solar and Helispheric Obserbatory) justru memperoleh pencapaian spektakuler dalam bidang per-komet-an. Wahana yang dikelola oleh kerjasasama ESA dan NASA ini baru saja menemukan komet ke-2000.

Tentu saja SOHO tidak menemukan sendiri komet-komet itu. Lebih dari 70 astronom dari 18 negara dalam 15 tahun terakhir ini berperan serta dalam penemuan komet-komet itu berdasarkan citra-citra luar angkasa yang dikirim SOHO dan dapat disaksikan secara online.

Komet ke-2000 sendiri ditemukan astronom amatir Polandia, Michael Kusiak, yang merupakan mahasiswa di Universitas Jagiellonian, Krakow, Polandia. Kusiak juga menemukan komet ke-1999 SOHO dan sejak November 2007 telah menemukan lebih dari 100 buah komet.

Karl Battams, yang mengelola website pengamatan komet SOHO bagi Naval Research Lab di Washington, D.C., sekaligus menjalankan pengolahan komputer untuk kamera-kamera SOHO, menyatakan:

“Banyak orang yang menemukan komet-komet itu. Mereka melakukannya secara sukarela, mereka sangat teliti, dan jika tidak orang-orang seperti ini, sebagian besar dari komet-komet itu tidak akan pernah diketahui orang.”

Battams biasanya menerima laporan dari orang yang menduga bahwa seberkas cahaya redup yang ada pada citra kiriman SOHO adalah sebuah komet. Battams mengkonfirmasi penemuan itu, memberikan nama dan nomor sementara, kemudian mengirimkan informasi tersebut kepada Minor Planet Center di Cambridge, Massachussets, AS, yang berwenang menetapkan kategori benda-benda langit dan orbitnya.

Sejak diluncurkan pertama kali ke luar angkasa pada 1995, SOHO membutukan waktu 10 tahun sebelum melaporkan penemuan komet pertamanya. Namun, dalam waktu sekitar lima tahun kemudian, SOHO telah melaporkan planetnya yang ke-2000.

Salah satu sebab penemuan komet yang demikian banyak mungkin karena belakangan ini semakin banyak jumlah komet yang mengedari Matahari. Selama Desember saja, diperkirakan sudah ada 37 komet yang terlihat di langit.

Pengamat Matahari
Menemukan komet adalah efek samping alamiah dari tugas utama SOHO, yaitu mengamati Matahari. SOHO memang dilengkapi peralatan untuk memeriksa Matahari, yaitu kamera LASCO (Large Angle and Spectrometric Cronograph) yang sangat peka yang dilengkapi dengan penghalang.

Penghalang itu dipasang agar SOHO tidak silau dengan sinar dari inti Matahari yang sangat terang sehingga  dapat mengamati kawasan luar Matahari yang lebih redup, yaitu korona.

Sekitar 85 persen dari komet yang ditemukan SOHO diperkirakan berasal dari sebuah kelompok yang dikenal sebagai keluarga Kreutz. Keluarga Kreutz diyakini merupakan sisa-sisa dari sebuah komet raksasa yang pecah beberapa ratus tahun lampau.

Keluarga komet ini dikenal sebagai “sungrazers”. Mereka adalah benda-benda luar angkasa yang orbitnya terlalu dekat dengan Matahari sehingga menguap tak lama setelah terlihat oleh SOHO. Walaupun demikian, banyak juga komet yang mengitari Matahari dengan orbit cukup aman dan tampak secara periodik.

Salah satu komet yang cukup awet adalah komet 96P Machholz, yang mengorbit Matahari setiap enam tahun dan telah dilihat tiga kali oleh SOHO.***


Sumber: sify.com, msnbc.msn.com, examiner.com, sungrazer.nrl.navy.mil, NASA
Sumber ilustrasi: NASA

Android di Luar Angkasa

Android, platform smartphone yang saat ini sedang populer, terbukti memang memiliki kinerja yang luar biasa. Android tetap mampu beroperasi – mengirimkan sinyal telekomunikasi – walaupun diterbangkan tiga kali lebih tinggi daripada pesawat penumpang biasa: hampir di luar angkasa.

Dalam blognya, tim Google menceritakan bahwa mereka melakukan sebuah percobaan kecil di Ione, California. Di sana, mereka menerbangkan beberapa buah balon udara yang masing-masing diisi dengan satu buah Nexus S, smartphone canggih terbaru Samsung yang berplatform Android.

Nexus S dilengkapi dengan pelbagai sensor seperti GPS, giroskop, akselerometer dan magnetometer. “Kapten” Zi Wang dari Mission Android Headquarters, mengungkapkan bahwa ide menerbangkan Android hingga hampir mencapai luar angkasa tersebut dilandasi dua hal.

Pertama, Android adalah platform paling canggih saat ini. Kedua, Nexus S mengandung pelbagai peralatan sensor penting. Keduanya dapat diisi dengan applikasi yang ingin diteliti oleh tim Google.

Tim Google melakukan kerjasama dengan Greg Klein, mahasiswa UCSC, untuk menyiapkan balon-balon udara. Pada tali nilon yang menghubungkan wadahmuatan dengan balon, diletakkan sebuah reflektor radar dan parsit. Setiap wadah berisi baterai dan transmiter APRS, yang dihubungkan dengan GPS yang diketahui mampu beroperasi pada ketinggian yang sangat tinggi.

Setiap balon juga dilengkapi dengan pelbagai perangkat yang berbeda-beda: ada balon yang membawa kamera digital dan ada juga balon yang membawa kamera video dengan sudut yang berbeda-beda (atas, bawah, dan sejajar dengan cakrawala).

Nexus S memiliki pelbagai aplikasi, seperti Google Maps untuk Mobile 5.0 (dengan data peta offline). Aplikasi ini memungkinkan tim Google untuk memeriksa apa yang ada di bawah balon. Nexus S juga memiliki aplikasi Google Sky Map, yang dapat digunakan untuk memeriksa bintang-bintang betulan di luar angkasa. Aplikasi Latitude melaporkan lokasi di mana telepon genggam memperoleh koneksi data.

Tim Google menyertakan pelbagai aplikasi lain untuk  memperoleh sampel sensor apa saja yang dapat bekerja di telepon genggam ini. Lalu, tim Google menaikkan beberapa astronot spesial: robot-robot Android khusus.

Hasil Penelitian
Percobaan ini menghasilkan cukup banyak data. Sebagian besar dari baln yang diterbangkan dapat mencapai ketinggian yang mengagumkan dan Android masih mampu bekerja dengan baik. Angka tertinggi adalah 107.375 kaki, lebih dari 20 mil, atau sekitar tiga kali lebih tinggi daripada jalur yang digunakan oleh pesawat penumpang biasa. Salah satu balon bahkan tercatat mencapai kecepatan tertinggi hingga 139 mil/jam.

GPS pada Nexus S mampu berfungsi hingga ketinggian 60.000 kaki. Ketika balon mulai turun, sensor tersebut dapat menyala lagi. Nexus S juga mampu bertahan dalam lingkungan yang cukup dingin (hingga -50 derajat celcius. 

Data lengkap hasil percobaan
  1. Kecepatan maksimum: 139 mil/jam
  2. Ketinggian maksimum: 107.375 kaki (lebih dari 20 mil atau 30 km)
  3. Rata-rata kecepatan naik: 5,44 m/detik
  4. Rata-rata durasi penerbangan: 2 jam 40 menit
  5. Rata-rata waktu turun: 34 menit

Semua perangkat berhasil mendarat lagi ke Bumi. Bahkan, salah satu perangkat yang seminggu sebelumnya ditebangkan sebagai percobaan pendahuluan juga berhasil diperoleh kembali.***


Sumber: googlemobile.blogspot.com
Sumber ilustrasi: geeky-gadgets.com

Minggu, 26 Desember 2010

Rhea: oleh Cassini

Mata kamera Cassini menangkap pemandangan dramatis berupa tanda-tanda pergeseran daratan di permukaan Rhea, bulan terbesar Saturnus. Foto-foto yang diperoleh Rhea tersebut dipublikasikan oleh NASA baru-baru ini. Foto-foto beresolusi tinggi tersebut memperlihatkan bahwa Rhea memiliki sejarah tektonik dan pernah aktif.

Pada Maret 2010, Cassini berhasil mencapai jarak terdekat dengan Rhea, yaitu 100 km. Berdasarkan observasi, para ilmuwan NASA memutuskan bahwa bulan tersebut memang tidak dilingkari oleh cincin – sebelumnya, para ilmuwan percaya bahwa Rhea, seperti Saturnus, juga dilingkari oleh semacam cincin.

Sumber: NASA
Sumber foto: NASA

Roket India Meledak

Sebuah roket yang membawa perlengkapan komunikasi meledak tak lama setelah diluncurkan pada sabtu, 25/12/2010, di India. Roket tak berawak tersebut melenceng dari jalurnya dan pecah berserpihan.

Roket tersebut dilontarkan dari statish Dhawan Space Center di Shriharikota. Sebenarnya, roket inui dijadwalkan untuk diluncurkan pada 20 Desember 2010 namun dibatalkan karena ditemukan adanya kebocoran pada mesin.

Belum diketahui penyebab kegagalan peluncurkan tersebut.***


Sumber: CNN
Sumber ilustrasi: CNN

Rabu, 22 Desember 2010

Sunset di Luar Angkasa


Endeavour tampak sebagai siluet dengan latar belakang lapisan-lapisan warna yang mirip sunset. Foto ini diambil oleh salah satu awak ISS (International Space Station) pada 9 Februari 2010 ketika pesawat ulang-alik tersebut sedang mendekati ISS. Lapisan oranye adalah troposfer Bumi, di mana terdapat awan dan pelbagai perubahan cuac. Lapisan ini memudar ketika semakin dekat dengan stratosfrer dan mesosfer.

Sumber: cosmiclog.msnbc.msn.com

Selasa, 21 Desember 2010

“Planet Penjaga”: Dibutuhkan atau Tidak?

Jumlah planet ekstrasurya yang telah ditemukan hingga kini melampaui angka 500. Sebagian besar dari planet tersebut adalah “hot Jupiter”, bola gas raksasa yang seukuran dengan Jupiter.

Namun, The Astrophysical Journal edisi Januari 2011 melaporkan hasil pengamatan Anglo-Australian Planet Search (AAPS) yang menunjukkan bahwa jumlah “hot Jupiter”, yang juga memiliki orbit yang mirip dengan orbit Jupiter, kemungkinan tidak sebanyak yang dianggap selama ini.

Hasil pengamatan itu sekaligus memicu perdebatan: apakah planet yang mirip Jupiter memang diperlukan agar suatu kehidupan yang cerdas dapat berkembang – di planet(-planet) lain dalam tata surya yang menjadi tempat tinggal planet mirip Jupiter itu?

Tim AAPS menganalisis data dari 123 bintang yang terletak sejauh 325 tahun cahaya dari Tata Surya. Pengamatan yang dilakukan selama delapan tahun tersebut ditujukan untuk mencari “analog Jupiter”, yaitu planet-planet gas raksasa yang memiliki orbit hampir berbentuk lingkaran dengan revolusi delapan tahun.

Mereka menemukan, hanya 3,3% dari bintang-bintang yang dianalisis tersebut yang memiliki analog Jupiter. Selain itu, melalui simulasi komputer, ditemukan tidak lebih dari 37% saja yang memiliki kemungkinan mempunyai analog Jupiter.

Chris Tinney, astronom University of New South Wales, Sydney, dan pemburu planet yang giat sekaligus co-author studi tersebut, menyatakan, “Sistem planet seperti di Tata Surya kita tidak banyak terdapat di jagat raya ini.”

Ada anggapan, Jupiter melindungi Bumi dari tumbukan benda angkasa yang bisa mengacaukan evolusi kehidupan makhluk cerdas di Bumi dan mungkin juga kehidupan pada taraf bakteri. Anggapan sebaliknya menyatakan, Jupiter itu sendiri bisa dengan mudah melancarkan jalan bagi benda angkasa yang bisa memusnahkan kehidupan di Bumi.

Geoffrey Marcy, astronom dari University of California, Berkeley, AS, yang terlibat dalam penemuan sekitar 250 planet ekstrasurya, menyatakan bahwa garis edar analog Jupiter yang berbentuk hampir lingkaran mungkin memang berpengaruh pada keselestarian kehidupan di planet-planet lingkaran dalam tata surya.

Marcy menjelaskan, gravitasi planet-planet gas dengan garis edar yang panjang dan lonjong dapat menyebabkan planet-planet yang mirip Bumi membentuk orbit yang sangat eksentrik. Garis edar eksentrik semacam ini akan berpengaruh pada suhu dan iklim planet ekstrasurya yang mirip Bumi itu.

Dalam “Life in the Universe”, Stephen Hawking telah mengungkapkan, salah satu sebab terbesar kelangkaan makhluk hidup cerdas di galaksi kita adalah tingginya probabilitas sebuah astoroid atau komet menumbuk planet yang berpenghuni.

Sebagai perbandingan, komet Schumacher-Levi pernah menumbuk Jupiter dan menyebabkan bola-bola api raksasa yang terlontar setinggi rubuan kilometer, gelembung-gelembung gas panas di atmosfer, dan lubang-lubang besar dan gelap di atmosfer.

Diperkirakan, sebuah benda angkasa yang lebih kecil daripada Schumacher-Levi menumbuk Bumi sekitar 70 juta tahun lampau. Tumbukan ini menyebabkan kepunahan dinosaurus. Beberapa mamalia memang selamat, namun makhluk sebesar manusia tentu sudah benar-benar musnah.

Sepanjang sejarah Bumi, tumbukan semacam itu kerap terjadi dengan rata-rata setiap satu juta tahun. Jika perkiraan ini benar, artinya kehidupan cerdas di Bumi dapat berkembang karena beruntung tidak ditabrak benda angkasa raksasa selama 70 juta tahun.

Profesor Hawking percaya, planet-planet lain di galaksi kita, yang dihuni makhluk hidup, mungkin tidak memiliki periode tanpa tumbukan yang cukup panjang hingga makhluk hidup dapat berevolusi.

Profesor Hawking meramalkan, jika ada komet atau asteroid berdiameter lebih dari 20 km menumbuk Bumi, maka kehidupan di Bumi akan punah total, mulai dari bakteri hingga tanaman. Sebagai perbandingan, asteroid Vesta, salah satu tujuan Dawn Mission, seukuran dengan negara bagian Arizona, AS.

Sejarah Bumi menunjukkan, sebongkah asteroid (atau komet) berdiameter 10 mil melesat ke dalam astmoser dengan kecepatan 25000 mil/jam dan mendarat di kawasan Yucatan, Mexico, dengan kekuatan 100 megaton – setara dengan satu bom yang meluluhkan Hiroshima.

Kalkulasi terbaru menunjukkan, planet kita ini akan menjadi “bola sajlu raksasa” seperti 600 juta tahun lampau, ketika semua samudera membeku akibat tumbukan semacam itu. Bakteri mikroba mungkin bisa selamat, namun tanaman dan hewan sangat rentan menjadi korban dalam jangka waktu panjang.

Rata-rata terjadinya tumbukan tergantung pada jumlah komet dan asteroid yang melayang-layang dalam suatu tata surya. Secara umum, terjadi satu tumbukan besar dalam beberapa juta tahun – hanya sekerjapan mata dari sudut pandang waktu geologis.

Rata-rata tersebut juga dipengaruhi seberapa sering benda-benda luar angkasa tersebut terlontar dari garis edarnya semula dan menyusuri garis edar baru yang bersilangan dengan garis edar Bumi. Cepat atau lambat, tentu bakal terjadi tumbukan yang menyebabkan kepunahan massal.

Salah satu kawah akibat tumbukan asteroid yang sangat besar adalah Vredefort. Tumbukan diperkirakan terjadi sekitar 2,023 juta tahun lampau. Lebarnya sekitar 10 km. Beberapa pakar percaya, lebar awalnya mungkin mencapai 250 km. Kota Vredefort terletak di dalam kawah raksasa ini.

Medan gravitasi Jupiter mungkin memang telah menjaga Bumi selama 65 juta tahun ini, dengan mengalihkan arah benda-benda luar angkasa yang mengarah ke Bumi dan dapat menyebabkan kiamat.***

Sumber: cosmosmagazine.com, rationalvedanta.net, dailygalaxy.com
Sumber ilustrasi: dailygalaxy.com

Minggu, 19 Desember 2010

Dari Mana Datangnya Emas?

Dari mana datangnya emas? Dari langit turun ke Bumi, kata peneliti.

Para ilmuwan telah lama mengetahui adanya logam siderophile (“iron-loving” – suka besi) dalam jumlah yang misterius pada mantel Bumi. Logam-logam semacam ini, termasuk emas, dalam bentuk cair cenderung bersenyawa dengan besi.

Kamis, 16 Desember 2010

Venus dan "Bulan"-nya

Para astronom belakangan ini sedang sibuk meneliti periode rotasi dan komposisi bulan milik Venus, planet kedua dalam Tata Surya. Hal ini menarik perhatian karena selama ini diketahui Venus tidak memiliki bulan atau satelitnya sendiri.

Sebenarnya, “bulan” milik Venus tersebut juga diperdebatkan: apakah benda langit yang mengitari Venus itu memang dapat disebut sebagai bulan milik Venus atau bukan.

Minggu, 12 Desember 2010

Tahun Tata Surya: Berlangsung Dua Tahun

NASA telah meluncurkan Tahun Tata Surya (Year of the Solar System). Uniknya, program ini, walaupun mengandung nama "Tahun", tetapi berlangsung selama dua tahun. Biasanya, program tahunan sebuah organisasi memang berlangsung hanya satu tahun.

Ternyata, ukuran tahun yang diterapkan oleh program itu bukan ukuran tahun menurut perhitungan waktu di Bumi, melainkan Mars (Martian Year). Jadi, satu tahun yang dimaksudkan di dalam program tersebut adalah satu tahun Mars - bukan satu tahun Bumi.

Apakah Satu Tahun Mars atau Martian Year itu?
Satu tahun Mars adalah jumlah waktu yang dibutuhkan Mars untuk melakukan satu kali orbit secara lengkap - mengelilingi Matahari. Jika dihitung dengan waktu Bumi, satu tahun Mars sama dengan 687 hari (Bumi memerlukan 365 hari untuk menyelesaikan orbitnya).

Mars membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan orbitnya karena jarak Mars-Matahari lebih jauh daripada jarak Bumi-Matahari dan planet merah ini bergerak lebih lambat daripada Bumi.

Setiap planet berputar pada porosnya masing-masing dengan kecepatan yang berbeda-beda. Maka panjang satu hari (sejak Matahari terbit hingga terbit lagi keesokan harinya) juga berbeda-beda. Dengan menggunakan waktu Bumi, pengukuran waktu bagi planet-planet lain menjadi lebih mudah.

Program Tahun Tata Surya tahun ini - dan tahun depan - dirayakan sejak Oktober 2010 hingga Agustus 2012. Selama itu, banyak peristiwa keantariksaan yang terjadi.

Pada November 2010, misalnya, EPOXI telah berhasil "mencegat" komet Hartley 2. Pada November 2010 juga, wahana NASA O/OREOS (Organism/ORganic Exposure to Orbital Stresses) diluncurkan untuk mempelajari "keberlangsungan hidup di luar angkasa". Wahana ini adalah sebuah nanosatelit (cubesat), dengan berat hanya 5,5, kg. NanoSail-D juga diluncurkan bersama nanosatelit ini dengan roket yang sama. Keduanya belum memberikan kabar terbaru. Dan pada Desember 2010, terjadi hujan meteor Geminid.

Selama Tahun Tata Surya, pelbagai wahana antariksa tak berawak juga akan tiba di tujuan masing-masing, yaitu:

  1. Stardust NExT akan mencegat komet Tempel pada 14 Februari 2011.
  2. Messenger memasuki orbit Merkurius pada 18 Maret 2011.
  3. Dawn mulai mendekati asteroid Viesta pada Mei 2011 untuk melaksanakan misi selama dua tahun. Dawn juga akan mengunjungi planet kerdil Ceres pada 2015.
  4. Wahana Juno akan diluncurkan ke Jupiter pada Agustus 2011. Wahana ini akan meneliti komposisi, medan gravitasi, medan magnetik, dan magnetosfer kutub Jupiter.
  5. Wahana GRAIL, atau Gravity Recovery and Interior Laboratory, milik NASA akan meluncur ke Bulan untuk melakukan pemetaan pada September 2011.
  6. Curiosity, atau Mars Science Lab, akan diluncurkan pada November 2011. Wahana ini adalah sebuah mobil besar seukuran mobil biasa yang akan mencari tempat-tempat yang berpotensi mendukung kehidupan di Mars. Curiosity dijadwalkan akan mendarat di Mars pada Agustus 2012.

Selain peristiwa-peristiwa "besar" di luar angkasa itu, astronom dan penggemar antariksa juga melaksanakan serangkaian kegiatan online maupun offline. Salah satunya adalah 365 Days of Astronomy Podcast yang digagas oleh Nancy Atkinson, salah seorang penulis di Universetoday.com. Informasi lebih lanjut tersedia di website podcast tersebut.

Belum diketahui apakah LAPAN juga akan turut merayakan Tahun Tata Surya yang diluncurkan oleh NASA ini. Pemerhati astronomi di Indonesia tentu menunggu-nunggu kabar dari LAPAN.***

Sumber: Universetoday.com/NASA
Sumber ilustrasi: NASA

Sabtu, 11 Desember 2010

Akatsuki Gagal!

Kendali misi di Samigahara mengalami drama selama 20-an menit ketika Akatsuki melintas di balik Venus dan tidak mengirimkan sinyal ke Bumi. Ketika wahana itu muncul lagi dan mengirimkan sinyal, kendali misi mengalami drama lain. Ini kali, drama itu berujung tragedi, yang menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan Jepang untuk berprestasi dalam penjelajahan antariksa.

Sejak dilontarkan ke luar angkasa pada Mei 2010 lalu, instrumen-instrumen Akatsuki berhasil melewati semua ujian yang dijadwalkan, termasuk tes menyalakan mesin roket pendorong utamanya pada Juni 2010. Semua aspek manuver untuk memasuki orbit Venus pada 7 Desember 2010 lalu dilakukan setelah semua persiapan dilakukan dengan teliti dan cermat.

Wahana peneliti cuaca Venus tersebut dijadwalkan menyalakan roket pengerem selama 12 menit pada pukul 8:49, 7 Desember 2010. Roket itu memang menyala, tetapi hanya selama dua atau tiga menit. Sekarang JAXA sedang menganalisis data yang berhasil dikirimkan oleh wahana tersebut untuk mencari penyebab kegagalan.

Menempatkan sebuah wahana ke dalam orbit di sekitar sebuah planet yang masih dipengaruhi daya gravitasi planet tersebut, secara teknis, adalah pekerjaan yang sangat sulit dan rumit. Uni Soviet, yang pertama kali menorehkan prestasi dengan menempatkan wahana penjelajah Venus, justru gagal ketika berusaha menempatkan wahana di orbit Mars pada 60-an dan 70-an.

Ada dua cara untuk mendekati sebuah planet yang memiliki daya tarik yang kuat, yaitu menembakkan roket ketika hendak memasuki orbit sehingga wahana akan memasuki orbit dengan lebih cepat, atau mengubah-ubah kecepatan secara bertahap dalam periode yang panjang.

Jika pilihan pertama yang dipilih, instrumen dan posisi wahana akan sangat terpengaruh dan rawan rusak. Harus dicatat: tidak ada percobaan kedua - upaya memasuki orbit hanya bisa dilakukan satu kali saja.

Pilihan  kedua akan memberikan beban yang lebih kecil bagi wahana. Namun, karena berada di luar angkasa dalam waktu yang panjang, wahana harus menghadapi banyak risiko. Misalnya, wahana bisa rusak karena terkena radiasi sinar Matahari.

Pukulan bagi Jepang
Pada masa Perang Dingin dan dekade 90-an, hanya AS dan US yang menguasai penjelajan antariksa. Namun, sejak dekade akhir 90-an, semakin banyak negara yang mulai menjelajah luar angkasa. Jepang ingin menjadi salah satu negara baru penjelajah antariksa itu.

Oleh karena itu, kegagalan Akatsuki adalah sebuah pukulan besar bagi program luar angkasa Jepang. Padahal, sebelumnya, wahana antariksa Hayabusa berhasil menorehkan prestasi sebagai  wahana pertama dalam sejarah yang berhasil membawa pulang material dari luar angkasa. Keberhasilan Hayabusa menunjukkan kepada dunia bahwa Jepang memiliki prestasi teknologi yang tinggi.

Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains dan Teknologi Jepang selama ini giat mempromosikan industri luar angkasa Jepang kepada negara-negara sahabat melalui pelbagai misi antariksa yang sukses. Kegagalan Akatsuki tentu menjadi batu sandungan bagi promosi gencar itu.

Daily Yomiuri Online menyatakan, agar dapat merebut kembali citranya sebagai negara pengarung luar angkasa, Jepang harus secepatnya menemukan penyebab kegagalan Akatsuki sehingga dapat melaksanakan misi baru paling tidak dalam waktu enam bulan ke depan.

Jadwal terdekat eksplorasi antariksa Jepang adalah 2014, yaitu peluncuran wahana pengorbit Merkurius dan tindak lanjut atas wahana Hayabusa. JAXA juga sedang mempertimbangkan misi ke Mars dan Jupiter. Walaupun Akatsuki mengalami kegagalan, pejabat Kementerian diduga masih akan memperoleh dana besar dari pemerintah.

Pendanaan yang besar itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh program luar angkasa negara-negara yang sedang memulai penjelajahan antariksa, termasuk Indonesia.***

Sumber: Daily Yomiuri Online
Sumber ilustrasi: stp.isas.jaxa.jp

Foto: Mars dan Moonbow


Kredit: Wally Pacholka, TWAN

Mars bersinar seperti seberkas bintang merah yang terang di atas sebuah "moonbow" dalam kabut yang mengelilingi gunung api Haleakala, Hawaii, pada Januari 2010.

Moonbow (pelangi bulan?) terbentuk ketika cahaya Bulan melintasi butir-butir air yang kecil di dalam kabut.

Foto ini diunduh dari Best Space Pictures 2010, National Geographic, 30 November 2010.

Foto: Gunung Mistik Hubble


 Kredit foto: NASA, ESA, M. Livio dan Hubble 20th Anniversary Team (STScI)

Kepulan debu dan gas yang dinamai Mystic Mountain (Gunung Mistik) ini dipotret oleh Hubble Space Telescope dan dipublikasikan pada 23 April 2010 sebagai bagian dari ulang tahun ke-20 HST. Foto ini memperlihatkan peristiwa kelahiran bintang di nebula Carina.

Bintang-bintang muda dan membara di dalam nebula tersebut terus-menerus memancarkan radiasi dan partikel yang "memahat" kabut antariksa tersebut dari arah dalam. Nebula berbentuk mirip pilar semacam ini merupakan kawasan materi yang cukup padat sehingga mampu bertahan dari erosi stelar.

Foto ini diunduh dari Best Space Pictures 2010, National Geographic, 30 November 2010.

Foto: Aurora Australis, Dipandang dari ISS


Kredit foto: Johnson Space Center/NASA

Foto ini, bahkan bagi para astronot sekalipun, adalah pemandangan yang langka: aurora yang mengambang di atas Samudera Hindia bagian selatan.

Aurora terbentuk ketika partikel-partikel dari Matahari bertubrukan dengan atmosfer Bumi bagian atas. Tubrukan ini menyebabkan atom-atom oksigen dan nitrogen memperoleh energi yang kemudian dilepaskan dalam bentuk cahaya.

Aurora biasanya hanya terlihat di daerah kutub, di mana jalur-jalur bidang magnetik Bumi menarik partikel dari Matahari ke arah Bumi. Namun, aurora australis dalam foto ini, yang dipotret dari International Space Station, muncul selama terjadinya sebuah badai geomagnetik, yang secara sementara dapat menggeser bidang magnetik Bumi - dan dengan demikian juga aurora - lebih dekat dengan khatulistiwa.

Foto ini diunduh dari galeri Best Space Pictures 2010, National Geographic, 30 November 2010.

Jumat, 10 Desember 2010

Wikileaks akan Terbitkan Kawat tentang UFO

Julian Assange, pendiri Wikileaks, menyatakan bahwa kawat-kawat diplomatik yang akan dipublikasikan Wikileaks selanjutnya akan memberikan pelbagai detail baru tentang UFO.

Assange tidak merinci informasi apa yang ada dalam memo-memo diplomatik yang diperoleh situs yang sedang heboh tersebut. Tidak jelas juga kapan file-file tersebut akan dipublikasikan.

Beberapa situs web telah berspekulasi bahwa kawat-kawat tersebut akan memberikan petunjuk tentang klaim-klaim para pilot militer AS yang menyatakan bahwa pesawat-pesawat alien telah mendarat di Bumi, menyusup ke dalam pusat-pusat peluncuran rudal nuklir Inggris dan menonaktifkan rudal-rudal tersebut.

Pernyataan Mr Assange dibuat dalam sebuah webchat dengan The Guardian. Pria Australia berusia 39 tahun ini sedang diburu di seluruh dunia karena menyiarkan ratusan ribu kawat diplomatik rahasia milik pemerintah AS.

Tutur Mr Assange, "Banyak weirdos yang mengirim email kepada kami tentang UFO."

Namun, ketika ditanya tentang kehidupan ekstraterestrial, Mr Assange juga menegaskan, email-email tersebut tidak memenuhi syarat yang diterapkan Wikileaks, yaitu 1) dokumen tersebut tidak dikarang dan 2) dokumen tersebut harus asli.

Akan tetapi, memang ada beberapa penyebutan tentang UFO dalam beberapa dokumen yang telah lolos seleksi - dan dengan demikian terbukti sebagai dokumen resmi pemerintah.

Mr Assange sendiri semakin gencar diserang oleh musuh-musuhnya. Sarah Palin, kandidat presiden AS yang gagal dari Partai Republik, menyatakan bahwa Assange harus diburu seperti para pemimpin teroris Al-Qaeda. Anggota Partai Republik yang lain mengusulkan hukuman mati untuk Assange. Seorang hartawan Kanada menyerukan agar Assange dibunuh oleh pembunuh bayaran.

Pemerintah Swedia, negara di mana nama domain Wikileaks pertama ditempatkan, memburu Mr Assange dengan tuduhan perkosaan dan pelecehan seksual. Walaupun telah berada di tahanan Interpol di London, pihak kepolisian Inggris belum memutuskan apakah akan mengesktradisi Mr Assange ke Swedia karena Inggris dan Swedia tidak memiliki perjanjian ekstradisi.

Sumber: Daily Galaxy/The Independent
Sumber ilustrasi: Wikileaks

Naga Terbang ke Luar Angkasa

Space X, sebuah perusahaan swasta, yang dipimpin oleh raksasa internet PayPal, meluncurkan sebuah pesawat ulang-alik pada pagi hari 9 Desember 2010 dari Cape Canaveral, Florida, AS.

Roket Space Exploration Technologies Falcon 9 tersebut membawa sebuah kapsul bernama Dragon atau Naga. Space X mencoba menempatkan Naga tersebut di orbit dan membawanya kembali ke Bumi tiga jam setelah diluncurkan.

Ini adalah upaya pertama di mana sebuah perusahaan swasta membawa kembali ke Bumi sebuah wahana yang telah diluncurkan ke luar angkasa.

Menurut rencana, Naga akan mengelilingi dunia dua kali, kemudian mengembangkan parasut dan menceburkan diri ke Samudera pasifik, sekitar 500 mil dari pantai Mexico.

NASA menerapkan kebijakan untuk menyewa perusahaan swasta seperti Space X untuk melontarkan kapsul ke ISS setelah kepastian akan diistirahatkannya pesawat-pesawat ulang-alik milik NASA pada tahun depan. Diperkirakan, biaya transportasi ke orbitakan dibebankan pada astronot yang turut serta dalam peluncuran setiap kapsul.

Space X didanai oleh pendiri PayPal dan wirausahawan Tesla Motors, Elon Musk.

Proses peluncuran itu sendiri berjalan menegangkan. Peluncuran sempat ditunda hingga 7 hari ketika diketahui bahwa lubang buang di mesin roket tingkat kedua mengalami keretakan. Teknisi Space X, Marty Anderson, menurut laporan floridatoday.com, buru-buru terbang dari California dan mendaki roket setinggi 157 kaki itu untuk membenahi keretakan.***

Sumber: Daily Galay/floridatoday.com
Sumber ilustrasi: Daily Galaxy

Wikileaks: tentang Program Luar Angkasa Cina

Kutipan dari Wikileaks di bawah ini menunjukkan bahwa pelbagai upaya Cina untuk memajukan ilmu pengetahuan tentang luar angkasa sangat impresif, mulai dari fusi nuklir sebagai sumber daya energi yang berkelanjutan hingga telportasi kuantum.

Teleportasi (teleportation) telah lama menjadi tonggak dalam pelbagai novel, film dan serial televisi fiksi sains. Realitas ilmiah teleportasi - yang paling terkenal adalah teleportasi dalam film Star Trek - memang masih jauh. Hingga kini, teleportasi memang dianggap sebagai hal yang mustahil.

Namun, dengan semakin terkuaknya dunia kuantum, pemahaman tentang teleportasi mulai berubah walaupun sangat perlahan.

Menurut Chinanews.com, Quyang Ziyuan, ketua eksplorasi pertama Cina ke Bulan, pernah melukiskan tentang pelbagai rencana untuk menghimpun citra-citra tiga dimensi Bulan untuk keperluan menambang Helium 3: "Secara keseluruhan terdapat 15 ton Helium 3 di Bumi, sementara di Bulan jumlah totalnya adalah sekitar 1 hingga lima juta ton."

"Helium 3 dianggap sebagai material yang bertahan lama, stabil, aman, bersih dan murah bagi manusia untuk memperoleh energi nuklir melalui eksperimen fusi nuklir yang terkendali," imbuh Ziyuan. "Jika umat manusia akhirnya mampu memanfaatkan bahan baku semacam itu untuk menghasilkan listrik, maka Cina membutuhkan 10 ton Helium 3 setiap tahun dan seluruh dunia membutuhkan sekitar 100 ton Helium 3 setiap tahun."

Energi fusi Helium 3 boleh jadi akan menjadi kunci bagi penjelajahan antariksa dan permukiman di masa depan, karena tidak membutuhkan banyak sarana pengamanan untuk meringankan pancaran radioaktifnya. Para ilmuwan memperkirakan, ada sekitar 1 juta ton Helim 3 di Bulan. Jumlah itu cukup untuk memberikan energi bagi seluruh penduduk Bumi selama ribuan tahun.

Sebagai perbandingan, 25 ton Helium 3 cukup untuk memenuhi kebutuhan energi AS selama satu tahun.

----

SUBJECT: PRC: NUCLEAR RESEARCH AT CHINESE ACADEMY OF
SCIENCES
BEIJING 00000263 001.4 OF 002

Classified By: BRENT CHRISTENSEN, ESTH COUNSELOR. REASON: 1.4(b,d,e)

1.(SBU) Summary: In response to an invitation by the Chinese Academy of Sciences (CAS), ESTH officer traveled to Hefei, Anhui Province, in December 2009 to visit several Chinese government-sponsored scientific institutions. During this time, ESTH officer learned of the below information through official presentations, personal observation, and informal/discreet conversations with CAS staff members. Most significantly, the Institute of Plasma Physics continues to conduct research on how to use nuclear fusion as a sustainable means to produce energy. At the same time, China is expanding its use of nuclear fission as an energy source and plans to open at least 70 nuclear fission power Qnts within the next 10 years. In 2009, CAS’s Institute of Plasma Physics budget was USD$20 million. Additionally, other CAS institutes are conducting research in biometrics, computational physics and material science, nanoscience and nanomaterials, soft-matter physics, environmental spectrometry, fiber optic wave-length division multiplexing, quantum communications, superconductors and spintroncis, and cognitive sciences. End Summary.

Institute of Plasma Physics - Nuclear Research
------------------------------------

¶2. (C) In mid-December 2009, the Chinese Academy of Science (CAS) Institute of Plasma Physics (IPP) in Hefei, Anhui Province was preparing for another cycle of experiments with its Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST). EAST was designed to be a controlled nuclear fusion tokamark reactor with superconductive toroidal and poloidal field magnets and a D-shaped cross-section. One of the experimental goals of this device was to prove that a nuclear fusion reaction can be sustained indefinitely, at high enough temperatures, to produce energy in a cost-effective way. In 2009, IIP successfully maintained a 10 million degree Celsius plasma nuclear fusion reaction for 400 seconds. IIP also successfully maintained a 100 million degree Celsius plasma nuclear fusion reaction for 60 seconds. One of IIP’s immediate goals is now to maintain a 100 million degree Celsius plasma nuclear fusion reaction for over 400 seconds. Currently, IIP is also conducting research into hybrid fusion-fission nuclear reactors that may be able to sustain nuclear reactions indefinitely, and at sufficient temperatures, to cost-effectively produce energy. IIP officials stated that China has the explicit goal of building at least 70 nuclear fission power plants within the next 10 years. IIP scientists claimed current Chinese nuclear energy production efforts use Uranium 235, but research is being done to make Uranium 238 a feasible alternative. IIP’s 2009 budget was USD$20 million - a two-fold increase over the previous year - and IIP leadership expects their budget to increase again in 2010. Roughly one-third of IIP’s budget comes from China’s National Development and Reform Commission (NDRC); another one-third of the budget comes directly from CAS, and the final one-third comes from China’s Ministry of Science and Technology (MOST). According to IIP leadership, NDRC has been very laissez-faire in its oversight, but MOST tends to micromanage projects and the expenditure of money. (COMMENT: Based on personal/discreet conversations with IIP staff members, the relationship between CAS and MOST is strained due to officious and annoying oversight insisted upon by MOST. IIP scientists much prefer the NDRC management style and wish more of their funding could come from this body rather than MOST. END COMMENT) IIP has roughly 450 full-time staff members, over 400 graduate students, and approximately 100 contractors under its purview.

Institute of Intelligent Machines - Biometrics Research
------------------------------------

¶3. (C) The Chinese Academy of Science (CAS) Institute of Intelligent Machines (IIM) in Hefei has developed a biometrics device that uses a person’s pace to identify them.  The device measure weight and two-dimensional sheer forces applied by a person’s foot during walking to create a uniquely identifiable biometrics profile. The device can be covertly installed in a floor and is able to collect
BEIJING 00000263 002.4 OF 002 biometrics data on individuals covertly without their knowledge. When questioned about the device’s potential applications, IIM officials stated the device was being used by “secret” customers and was not available on the commercial market. IIM also said they were involved with China’s “Program 863.” (COMMENT: Program 863 is China’s national high-technology development plan that includes both military and civilian technology development programs; therefore, it is likely the People’s Liberation Army (PLA) is one of the customers for whom this biometrics device was developed.

Institute of Solid State Physics - Nanotechnology Research
------------------------------------

¶4. (C) In mid-December 2009, the Chinese Academy of Science (CAS) Institute of Solid State Physics (ISSP) in Hefei was conducting research in the fields of computational physics and material science, nanomaterials, and soft-matter physics.  ISSP’s 2009 budget was roughly $6 million (USD). ISSP’s top priority projects are: one-dimensional nanomaterials, spin and charge research using perovskite manganese oxides, and the design and preparation of high-dampening materials. ISSP also conducts research on nanomaterials and nanostructures for China’s “Program 973.” (NOTE: Program 973 is China’s national plan for improving basic scientific research and development.
Institute of Optics and Fine Mechanics - Spectrometry & Fiber Optic

Research
------------------------------------

¶5. (C) In mid-December 2009, the Chinese Academy of Science (CAS) Institute of Optics and Fine Mechanics (IOFM) in Hefei was modifying environmental spectrometry technology to detect TATP explosives for use in counter-terrorism efforts. IOFM was also conducting fiber optic research on wave-length division multiplexing (WDM) technologies using pulsed and continuous laser sources at both single-mode and multi-mode wavelengths. A cursory walk through one of their labs revealed that IOFM was specifically conducting experiments in the 980-1150 nanometer range, and that they were conducting experiments using hydrogen-filled fiber optic communication lines. (COMMENT: Hydrogen-filled fiber optic lines are technologically challenging to manufacture, but provide many advantages; one of which is increased security and protection from tampering.
University of Science and Technology of China

Research
------------------------------------

¶6. (C) In mid-December 2009, the University of Science and Technology of China (USTC) in Hefei had academic programs focusing on Math, Physics, Chemistry, Life Sciences, Nuclear Science, Engineering, Computer Science, Information Technology, Management, Humanities, and a department dedicated to the development of gifted young people. USTC has 37,000 staff and 40,000 graduate students. USTC oversees two national laboratories: the National Synchrotron Radiation Laboratory and the Hefei National Laboratory for Physical Science at the Microscale (HFNL). HFNL has 95 faculty members and roughly 400 graduate students. HFNL research focuses on quantum communication, nanoscience, superconductors, spintronics, and cognitive sciences. In the area of quantum communication, HFNL was conducting research in quantum teleportation and free space quantum cryptography that scientists hope will result in “totally secure” communications. USTC also oversees China’s “Program 178,” although they did not describe the nature of this program. (COMMENT: A cursory walk through their labs seemed to indicate they had already succeeded in single-particle quantum teleportation and are now trying to conduct dual-particle quantum teleportation.

Image top of page: The New China Science and Technology Museum in Beijing. The new museum presents a modern approach to science and technology with distinctive themes and state-of-the-art technology.***


Sumber: Daily Galaxy
Sumber ilustrasi: Daily Galaxy

WASP-12b, Eksoplanet Kaya Raya

Jika mempelajari eksoplanet atau planet ekstrasolar, Anda akan sangat mudah menjadi agak "sinting". Anda menghabiskan banyak waktu menyelidiki unsur kimia eksotik, komposisi dan lingkungan planet-planet yang baru ditemukan yang mengorbit bintang yang sangat jauh, lalu Anda mulai percaya segala sesuatu mungkin saja terjadi.

Tetapi hanya sedikit - atau tidak ada, hingga saat ini - yang punya kemungkinan ajaib seperti WASP-12b.

Jeffrey Kluger dari Time punya alasan kuat untuk mengungkapkan hal di atas. Di satu sisi, astmofser WASP-12b mengandung karbon dalam jumlah relatif besar. Di sisi lain, planet ini berpotensi mengandung kehidupan yang terkait dengan methana. Dan - yang paling menakjubkan - daratan di planet ini boleh jadi merupakan bentangan intan.

Beberapa ilmuwan - sebenarnya, tak satu pun ilmuwan - percaya, kondisi semacam itu memang ada di WASP-12b. Namun, temuan terbaru tentang atmosfer planet ini menunjukkan bahwa kondisi semacam itu boleh jadi memang ada.

WASP-12b baru ditemukan tahun 2009 lalu oleh para peneliti Inggris yang tergabung dalam konsorsium Wide-Angle Search for Planets - dari singkatan nama konsorsium inilah nama planet menakjubkan itu berasal. Terletak sekitar 1.200 juta tahun cahaya dari Bumi, 1,4 kali massa Jupiter, dunia baru ini tergolong kerdil jika dibandingkan sekitar 500 eksoplanet lain yang telah ditemukan sejak eksoplanet pertama dikonfirmasi pada 1990-an.

Seperti yang dipaparkan dalam sebuah makalah di jurnal Nature, sebuah tim pimpinan Nikku Madhusudhan dari Princeton University, Central Florida, menggunakan Spitzer Space Telescope milik NASA untuk memonitor WASP-12b ketika eksoplanet ini menyusuri orbitnya, terutama ketika WASP-12b melintas di depan bintang induknya. Dalam waktu yang sangat singkat itu, cahaya dari bintang induk menimpa atmosfer WASP-12b.

Oleh karena itu para astronom dapat mempelajari panjang gelombang yang dihasilkan oleh cahaya bintang induk itu dan menyimpulkan secara tidak langsung (infer) komposisi kimia atmosfer WASP-12b. Temuan itu kemudian dibandingkan dengan temuan sebuah teleskop lain yang terletak di Hawaii.

"Dalam sebuah dunia yang kaya dengan karbon, Anda bisa melihat bentangan daratan yang terbuat dari intan murni. "

Biasanya, kelas di mana WASP-12b tercakup - yang dikenal sebagai "hot Jupiters" - memiliki atmosfer dengan rasio karbon terhadap oksigen sekitar 0,5. Namun, di atmosfer WASP-12b terdapat konsentrasi karbon dua kali lipat dan ada juga methana 100 kali lebih banyak daripada biasanya.


Hal ini memiliki implikasi yang sangat besar bagi astrobiologi ekstraterestrial. Pasalnya, kehidupan yang selama ini kita tahu adalah kehidupan yang berbasis karbon dan methana - yang tersusun dari karbon dan hidrogen - adalah efek samping metabolisme.

Nah, WASP-12b memang terlalu panas bagi makhluk hidup (sebagaimana yang kita tahu) dan tidak memiliki permukaan yang padat. Namun, planet-planet lain di tata surya tempat tinggal WASP-12b boleh jadi memiliki materi yang berbeda.

Tata surya terbentuk ketika kabut gas dan debu yang berpusar di sekitar sebuah bintang mulai mengental. Kemudian, ketika bebatuan dan bakal planet, yang merupakan hasil dari proses tersebut, bergabung menjadi benda-benda yang lebih besar, terbentuklah tata surya. Karena semua planet dan benda angkasa padat semestinya terbuat dari material antariksa yang sama, maka semua benda langit semestinya memiliki komposisi kimia yang sama.

Sebagian dari planet-planet yang terbentuk bersama dengan WASP-12b mungkin berupa planet yang lebih kecil, dengan komposisi berbatu-batu yang tersusun bukan dari silika, sebagaimana Bumi, melainkan unsur yang - jika diberi tekanan dan waktu yang cukup - jauh lebih berharga.

Menurut Madhusudhan, "Dalam sebuah dunia yang kaya dengan karbon, Anda bisa melihat bentangan daratan yang terbuat dari intan murni."

Atmosfer yang kaya karbon di WASP-12b dapat menahan panas dan cahaya, yang menyediakan energi bagi makhluk hidup. Makhluk tersebut harus bertahan hidup dalam lingkungan yang relatif miskin oksigen dan air serta harus sangat toleran terhadap methana. Namun, dalam pengertian tertentu, dugaan semacam itu adalah kesalahan.

Makhluk hidup pertama di Bumi hidup dalam lingkungan yang sangat ekstrem. Bahkan, hingga sekarang pun masih ada organisme yang hidup dan masih bisa bertahan dalam lingkungan yang sangat ekstrem. Misalnya, bakteri yang baru saja ditemukan di Mono Lake, California. Bakteri itu hidup dalam lingkungan yang mengandung banyak arsenik - yang sangat beracun bagi manusia.

Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa jauh di suatu tempat di angkasa raya memang ada makhluk yang hidup di sebuah planet yang kaya karbon dan intan. Hal ini justru meyakinkan kita: betapa sedikit yang kita tahu tentang kosmos - dan betapa banyak yang mulai kita pelajari saat ini.***

Sumber: Time/Universe Today/Daili Galaxy
Sumber ilustrasi: Universe Today

Kamis, 09 Desember 2010

Gugus Galaksi Aneh

Mata pengindera antariksa sinar-X Chandra milik NASA melihat sebuah rumpun galaksi yang terletak sekitar 8 milyar km cahaya dari Bumi. Kuasar pada pusat rumpun tersebut, anehnya, sangat dingin. Kuasar unik ini diberi nama 3C 186 dan merupakan rumpun galaksi paling jauh yang memiliki kuasar.

Kuasar, yang merupakan salah satu dari sekian banyak benda terang di langit, terbentuk di pusat galaksi, di mana lubang-lubang hitam gergasi melahap materi dengan rakus.Begitu lahapnya lubang-lubang itu "makan", hingga materi yang masih tersisa memancarkan transmisi energi yang merentang ke seluruh spektrum elektromagnetik, termasuk gelombang radio, cahaya dan sinar-x.

Namun, pusat rumpun galaksi yang diamati olah Chandra adalah pusat yang dingin - tentu menurut ukuran astronomis. Suhu gas di pusat rumpun tersebut hanya 30 juta derajat fahrenheit (16,7 juta celcius), sementara suhu di bagian terluar mencapai 80 juta derajat fahrenheit (44,4 juta derajat celcius). Perbedaan suhu yang drastis itu diperkirakan disebabkan emisi sinar-x yang intensif dari gas yang terletak lebih dekat dengan pusat mendinginkan pusat tersebut.

Karena diperlukan 8 milyar tahun cahaya bagi cahaya rumpun galaksi tersebut untuk mencapai instrumen Chandra, berarti para peneliti menyaksikan rumpun galaksi tersebut ketika alam semesta masih relatif muda - kurang dari separuh usianya saat ini, yaitu 13,7 milyar tahun.

Pelbagai pengamatan sebelumnya telah menemukan banyak rumpun galaksi yang memiliki pusat yang suhunya hampir sama dengan Bumi, pada jarak kurang dari 6 milyar tahun cahaya. Namun rumpun-rumpun semacam ini semakin jarang ditemukan jika jarak pengamatan semakin jauh. Salah satu alasannya mungkin karena semakin jauh rumpun galaksi - yang berarti juga semakin muda - lebih sering bercampur dengan rumpun galaksi atau galaksi lain.

Chandra menemukan rumpun galaksi dengan pusat yang dingin ini melalui survey yang relatif sederhana. Maka, ada kemungkinan bahwa objek-objek serupa juga ada pada jarak yang lebih jauh.

Citra rumpun galaksi 3C 186 yang tampak di atas adalah citra komposit atau campuran. Citra ini dibuat dengan menambahkan citra terbaru dari Chandra yang memperlihatkan emisi sinar-x dari gas di sekitar kuasar yang terletak di dekat pusat. Citra bintang-bintang dan galaksi pada citra ini ditambahkan dari data optis teleskop Gemini yang terletak di Cili.***

Sumber: Dailygalaxy.com
Sumber ilustrasi: Dailygalaxy.com

Selasa, 07 Desember 2010

Akatsuki Tiba di Venus

Akatsuki akhirnya tiba di Venus Senin sore, 7 Desember 2010. Namun, para pejabat Jepang masih mengevaluasi apakah wahana antariksa milik mereka yang berharga $300 juta dan berat 1000 pon ini telah benar-benar berhasil mencapai orbit di sekitar planet kedua tersebut agar dapat memulai pengamatan cuaca.

Program Luar Angkasa Cina yang Ambisius

Program luar angkasa Cina melaju kian pesat. Pemerintah negeri tirai bambu telah mengumumkan target terbarunya dalam penjelajahan luar angkasa tak lama setelah keberhasilan dua misi tak berawak tahun ini. Target tersebut adalah pembangunan stasiun antariksa pada 2020 dan pengiriman wahana antariksa ke Mars pada 2013.

Perkembangan yang demikian pesat ini merupakan sebuah peringatan bagi superioritas AS dalam penjelajahan luar angkasa. Pada 2011, AS akan mengistirahatkan armada pesawat antariksanya dan selanjutnya memprioritaskan penerbangan antariksa komersial seraya menyusun rencana bagi pelbagai misi penjelajahan ke kawasan-kawasan yang lebih jauh di antariksa.

 Joan Johnson-Freese, Ketua Department of National Security Studies di Naval War College, Newport, R.I., dan seorang pakar program luar angkasa Cina, menyatakan, “Tentu saja Cina menganggap masa ketika program luar angkasa AS mengalami gejolak, yang oleh beberapa kalangan disebut pengelompokan ulang (regrouping), sebagai sebuah kesempatan untuk meningkatkan prestise.”

Lebih lanjut, Ms. Joan menyatakan, “Di kalangan orang Amerika, ada persepsi bahwa Cina telah melangkah lebih maju sementara AS mengalami kemunduran.”

Pembangunan Stasiun Antariksa
Stasiun antariksa Cina dirancang sebagai poros bagi program luar angkasa negeri tersebut, yang tonggaknya dimulai dengan penerbangan tiga orang astronot menggunakan pesawat antariksa Shenzhou pada 2003.

Kantor berita Xinuha melaporkan, Cina berharap dapat meluncurkan modul stasiun antariksanya, Tiangong 1 (bahasa Cina untuk Istana Langit), pada 2011. Selanjutnya, pelbagai modul lain akan ditambahkan dan akhirnya para astronot akan dikirimkan dan tinggal di sana untuk melakukan riset.

Stasiun antariksa itu akan dibangun dengan menggunakan kapsul-kapsul Shenzhou dan roket-roket pengangkut Long March. Wahana ini menjadikan China sebagai negara ketiga, setelah Rusia dan AS, yang berhasil menerbangkan manusia ke luar angkasa secara independen.

Cina baru-baru ini merayakan keberhasilan wahana pengorbit Bulan yang kedua, Chang’e 2, yang diluncurkan pada awal Oktober 2010. Chang‘e 2 telah mengirimkan beberapa foto yang memperlihatkan detail-detail sebuah kawasan di belahan utara Bulan yang dikenal sebagai Sinus Iridium (Teluk Pelangi).

Chang’e 2 melaksanakan misi memeriksa pelbagai tempat di Bulan yang dapat dijadikan sebagai tempat pendaratan wahana tak berawak yang kemungkinan akan dikirimkan pada 2013. Wahana Bulan pertama milik Cina, Chang’e 1, diluncurkan pada Oktober 2007 dan melaksanakan misi observasi selama 16 bulan sebelum menumbuk Bulan sesuai rencana pada Maret 2009.

Tujuan Besar
Walaupun pemerintah Cina belum mengumumkan pernyataan resmi untuk mengirim astronot ke Bulan, banyak pakar yang percaya bahwa pemerintah Cina memang memiliki rencana tersebut. Selain itu, para pakar juga percaya, proyek stasiun antariksa, wahana peneliti Bulan dan robot pendarat adalah awalan untuk tujuan tersebut.

Ms. Joan menyatakan, “Pemerintah Cina sangat konservatif dalam menyusun rencana dan menetapkan tujuannya. Mereka belum mengumumkan secara resmi tentang program pendaratan manusia di Bulan. Mereka ingin semua sarana persiapan untuk pendaratan itu siap lebih dulu sebelum mereka mengeluarkan pengumuman.”

Selain program-program yang terkait dengan Bulan, Xinhua melaporkan bahwa Cina juga telah menyusun sebuah rencana teknis bagi sebuah wahana yang akan mengorbit Mars. Misi tersebut akan dibangun dengan teknologi yang telah dikembangkan dari kedua wahana Bulan yang pertama. Perkiraan tanggal peluncuran paling cepat bagi pengorbit Mars ini adalah 2013.

Cina secara total telah meluncurkan 14 roket sepanjang 2010, yang mematahkan rekor jumlah seluruh misi antariksanya hanya dalam waktu satu tahun saja. Dua dari keberhasilan penerbangan antariksa ini adalah satelit-saelit navigasi Beidou dan pesawat antariksa militer Yaogan.

Kemitraan Global
Pencapaian luar angkasa Cina memperoleh perhatian komunitas global. Ms. Joan menyatakan, “Bagi seluruh dunia, Cina tampak sedang bekerja dengan giat dan agresif. Kanada, Eropa, dan Rusia semua mengetuk pintu Cina untuk meminta kerjasama. Saya percaya, AS akan menjadi inferior dalam soal globalisasi antariksa ini.”

Beberapa pembuat kebijakan di AS telah mengungkapkan keinginan untuk bekerjasama dengan Cina dalam bidang luar angkasa. Namun, keinginan tersebut mendapatkan banyak tentangan. Misalnya, kunjungan kerja Charlie Bolden, pemimpin NASA, ke Cina bulan lalu memicu kontroversi.

Senator Republik Frank Wolf menulis surat kepada Bolden sebelum kunjungan tersebut dilakukan, berbunyi: “Tidak harus dijelaskan lagi bahwa NASA tidak berkepentingan untuk bekerjasama dengan rezim Cina dalam penerbangan antariksa berawak. Cina semakin besar di mata global, dan kepentingannya jarang bertentangan dengan kita.”

Dalam surat balasannya, Bolden mengatakan, kunjungan tersebut dimaksudkan sebagai “pendahuluan” dan tidak mencakup diskusi tentang pelbagai peluang spesifik untuk bekerjasama dalam penerbangan antariksa berawak.

Cina sendiri telah menyatakan kesediaannya untuk melakukan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain, walaupun prestasi-prestasinya selama ini lebih banyak dilakukan secara solo.***

Sumber: space.com
Sumber ilustrasi: spaceflightnow.com

Tiga Satelit Rusia Tenggelam di Pasifik

Sebuah roket Rusia yang membawa tiga satelit navigasi gagal mencapai orbit pada 5 Desember 2010. Akibatnya, ketiga satelit tersebut diperkirakan jatuh di sekitar Samudera Pasifik tak lama setelah diluncurkan.

Ketiga satelit navigasi yang diluncurkan dengan roket Proton dari Kosmodrom Baikonur di Asia Tengah tersebut merupakan satelit-satelit tambahan untuk Glonass-M navigation satellite constellation milik Rusia.

“Sesuai dengan telemetri, wahana antariksa tersebut melayang ke orbit yang tidak ditargetkan,” demikian bunyi pertanyaan resmi Federal Space Agency Rusia.

Beberapa sumber yang tak disebutkan namanya menyatakan bahwa ketiga satelit tersebut jatuh di sebelah utara Hawaii. Surat kabar Rusia, Ria Novosti, menyebutkan bahwa ketiga satelit tersebut tenggelam sekitar 1500 km di barat laut Honolulu.

Ria Novosti juga menyebutkan perkiraan penyebab kegagalan, yaitu kesalahan program perangkat lunak computer. Sebelum peluncuran tidak ditemukan masalah teknis pada roket Proton tersebut.

Satelit-satelit Glonass-M adalah wahana yang memberikan pelayanan navigasi kepada pelanggan sipil dan militer, mirip dengan global positioning system milik AS. Setiap satelit hanya memiliki berat sekitar 3000 pon (1,415 kg) pada saat peluncurkan dan dirancang untuk mengorbit selama 7 tahun. Kini ada 26 satelit Glonass di orbit, dua di antaranya berperan sebagai cadangan.

Satelit-satelit tersebut terbang dalam tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari 8 satelit untuk memberikan pelayanan navigasi global. Satelit-satelit yang baru saja gagal mencapai orbit merupakan kloter ketiga yang diluncurkan pada 2010. Pada Maret dan September 2010, tiga satelit telah berhasil diluncurkan ke orbit.***

Sumber: space.com & space.com
Sumber ilustrasi: isdc.unige.ch

Kompetisi untuk Memecahkan Teka-teki Jagat Raya


Para peneliti kosmos telah menemukan sebuah cara baru untuk memecahkan masalah mereka. Kini mereka mengundang para ilmuwan, termasuk ilmuwan dari bidang yang sangat tidak berkaitan dengan keantariksaan, untuk berpartisipasi dalam sebuah kompetisi besar.

Idenya adalah untuk mengetahui minat para peneliti di bidang lain terhadap salah satu problem kosmologi yang paling rumit – mengukur materi gelap dan energi gelap yang tak kasat mata dan tersebar di seluruh jagat raya.

Hasil dari kompetisi ini diharapkan dapat membantu pengembangan pelbagai misi keantariksaan, yang dirancang untuk menjawab pelbagai pertanyaan mendasar seputar sejarah dan takdir alam semesta.

“Kami mengharapkan lebih banyak banyak ilmuwan komputer yang turut serta dalam pekerjaan kami,” tutur kosmolog Jason Rhodes dari JPL, Pasadena, California, yang mengatur kompetisi ini. Kompetisi ini sendiri akan dimulai pada 3 Desember 2010.

Rhodes menambahkan, “Beberapa problem matematis dalam bidang kami mirip dengan problem matematis dalam pelbagai aplikasi, misalnya perangkat lunak penginderaan pengenal wajah (face recognition).”

JP: dan beberapa universitas Eropa, termasuk The University of Edinburgh dan University College London dari Inggris Raya, mendukung kompetisi ini, yang didanai oleh sebuah organisasi dari Eropa bernama Pattern Analysis, Statistical Modelling and Computation Learning. Peneliti utamanya adalah Thomas Kitching dari University of Edinburgh.

Tahun ini, kompetisi yang telah dilaksanakan sejak 2008 tersebut disebut GREAT 2010, singkatan dari Gravitational lEnsing Accuracy Testing. Tantangannya adalah memecahkan serangkaian teka-teki yang dibentangkan oleh pelbagai citra galaksi yang terdistorsi.

Sebuah galaksi kadang-kadang terletak di belakang serumpun materi yang menyebabkan cahaya dari galaksi tersebut melengkung. Hasilnya adalah citra galaksi yang diperbesar dan miring.

Dalam kasus yang paling ekstrem, proses pelengkungan ini menghasilkan beberapa citra yang sangat melengkung dan bahkan juga menghasilkan sebuah cincin, yang disebut Cincin Einstein (Einstein Ring), sesuai dengan nama Albert Einstein yang telah memproduksi efek pelengkungan ini.

Namun, hasil pelengkungan semacam ini jauh lebih subtil atau halus dan citra sebuah galaksi hanya melengkung sangat sedikit. Bahkan, lengkungan ini lebih sering tak tertangkap mata. Hal ini disebut sebagai pelensaan gravitasional lemah (weak gravitational lensing, atau pelensaan lemah (weak lensing).

Pelensaan lemah merupakan salah satu cara yang sangat berguna untuk menyingkap komposisi alam semesta. Hanya 4% dari jagat raya tersusun dari materi yang menyusun manusia, bintang dan benda apa saja yang memiliki atom. Sisanya, sekitar 24%, adalah materi gelap – sebuah substansi misterus yang tidak dapat kita lihat namun memberikan pengaruh pada setiap materi yang kasat mata.

Sebagian besar dari alam semesta kita, sekitar 72%, tersusun oleh energi gelap, yang lebih misterius daripada materi gelap. Energi gelap adalah nemesis atau asal mula gravitasi – sementara gravitasi menarik, energi gelap justru mendorong.

Dengan mempelajari citra-citra galaksi-galaksi yang diperbesar terdistrosi, ilmuwan dapat membuat peta materi gelap yang lebih layak – dengan meneliti bagaimana materi gelap berubah, mereka bisa lebih mudah memahami tentang energi gelap.

Pelensaan lemah merupakan salah satu metode yang menjanjikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. The 2010 U.S. National Research Council Decadal Survey on astronomy and astrophysics telah mengajukan proposal misi untuk menjadikan metode ini sebagai prioritas tinggi.

GREAT 2010 dirancang untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang pelensaan lemah. Para peserta akan mulai dengan gambar-gambar kabur pelbagai galaksi yang telah terdistorsi oleh materi gelap yang “parkir” di depannya. Efek ini sangat kecil sehingga kita tidak dapat melihatnya dengan mata telanjang.

Masalah tersebut semakin rumit karena teleskop juga mendistorsi citra-citra galaksi dalam kadar yang lebih besar daripada materi gelap. Diperlukan serangkaian teknik yang kompleks – model-model matematika dan algoritma analisis-citra – untuk memilah pelbagai pengaruh ini dan menyingkap bagaimana materigelap mempengaruhi bentuk suatu galaksi.

“Ini merupakan sebuah tantangan analisis-citra. Anda tidak perlu menjadi seorang astronom atau kosmolog untuk mengukur efek dari pelensaan lemah,” kata Kitching. “Tantangan ini dimaksudkan untuk mendorong dilakukannya sebuah pendekatan multidisipliner untuk memecahkan problem tersebut.”

Para peserta akan memiliki waktu 9 bulan untuk memecahkan ribuan teka-teki pencitraan. Para pemegang akan diumumkan pada upacara penutupan dan workshop yang dilaksanakan di JPL. Pemenang utama akan memperoleh hadiah yang menarik – dan jugakepuasan karena berhasil membawa kita selangkah lebih maju dalam upaya memahami bagaimana alam semesta kita bekerja.

Untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini, informasi selanjutnya dapat diperoleh di greatchallenges.info.***

Sumber ilustrasi: NASA

Foto Hari Ini: Semburan Terang di Enceladus



Wahana antariksa Cassini memperoleh citra kasar kawasan kutub selatan Enceladus, salah satu bulan Saturnus. Citra ini diperoleh pada 30 November 2010. Saat itu, Cassini berada pada jarak 89.000 km dari Enceladus.

Kredit foto: NASA/JPL/SSI

Senin, 06 Desember 2010

Ciri-ciri Planet Ekstrasolar GJ 1214b

Sebuah tim astronom, termasuk dua orang NASA Sagan Fellows, sedang berupaya menentukan ciri-ciri sebuah super-Earth dengan menggunakan teleskop yang berbasis di Bumi. Super-Earth adalah sebuah planet yang besarnya tiga kali ukuran Bumi dan massanya sepuluh kali massa Bumi.

Temuan tim tersebut, yang dilaporkan dalam jurnal Nature edisi 2 Desember 2010, merupakan sebuah tonggak penting dalam penelitian atmosfer planet-planet mirip Bumi yang berpotensi menopang kehidupan.

Tim tersebut menduga bahwa planet super-Earth tersebut, yaitu GJ 1214b, diselimuti oleh sebuah lapisan tipis uap air atau sebuah lapisan tebal awan yang sangat tinggi. Jika selimut itu adalah uap air, maka planet itu sendiri tentu tersusun dari es. Jika selimut itu awan tebal, maka planet itu kemungkinan besar berbatu-batu atau miripdengan komposisi Neptunus walaupun ukurannya jauh lebih kecil.

Jacob Bean, seorang NASA Sagan Fellow and astronom dari the Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics in Cambridge, Mass., AS, mengatakan, “Ini adalah super-Earth pertama yang diketahui memiliki atmosfer. Walaupun telah memperoleh hasil pengukuran baru ini, namun kami belum mampu menentukan apa yang menyusun atmosfer tersebut. Planet ini sangat pemalu dan menyembunyikan diri dari kami.”

GJ 1214b ditemukan pertama kali pada Desember 2009. Planet ini 2,7 kali lebih besar dan 6,5 lebih berat daripada Bumi. Pengamatan terhadap ukuran dan massa GJ 1214b sebelumnya telah menemukan bahwa planet ini memiliki kepadatan yang relatif rendah untuk ukurannya, sehingga para astronom menyimpulkan planet ini merupakan sebuah benda padat yang memiliki atmosfer.

GJ 1214b mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya yang terlihat samar-samar pada jarak 0,014 AU. 1 AU adalah jarak antara Bumi dan Matahari, kira-kira 93 mil. GJ 1214b terlalu dekat dengan bintang induknya sehingga diduga keras tidak dapat dihuni oleh bentuk kehidupan apapun.

Bean dan timnya mengamati cahaya infra merah ketika planet tersebut melintas di depan bintang induk. Selama transit ini, cahaya dari bintang induk tersaring oleh atmosfer. Gas menyerap cahaya bintang itu pada panjang gelombang tertentu, sehingga meninggalkan jejak kimiawi yang dapat dideteksi dari Bumi.

Teknik serupa telah digunakan untuk mempelajari atmosfer berbagai “hot Jupiter”, atau planet-planet ekstrasolar yang ukurannyamirip dengan Jupiter dan mengorbit bintang induk pada jarak dekat. Dengan teknik ini, dapat ditentukan gas apa saja yang terdapat pada planet semacam itu, misalnya hidrogen, methana dan uap sodium.

Pada planet ekstrasolar super-Earth, tidak ada jejak kimiawi yang terdeteksi. Namun, hal ini tidak berarti tidak ada unsur kimia di sana. Justru, informasi ini menghapuskan beberapa kemungkinan tentang atmosfer GJ 1214b dan mempersempit cakupannya menjadi atmosfer uap air atau awan tinggi. Para astronom percaya, atmosfer planet tersebut terlalu tipis untuk menyaring cahaya hingga dapat meninggalkan jejak kimiawi.

“Atmosfer yang tersusun dari uap harus sangat padat – volumenya sekitar 1/5 uap air – dibandingkan yang ada di Bumi kita, dengan atmosfer yang mengandung 4/5 nitrogen dan 1/5 oksigen dengan hanya sedikit uap air,” tutur Bean. “Selama tahun depan, kami berharap telah memperoleh jawaban yang mantab tentang planet ini.”

Tim tersebut, yang juga beranggotakan co-author Bean – Eliza Miller-Ricci Kempton, seorang NASA Sagan Fellow di University of California, Santa Cruz, dan Derek Homeier dari Institute for Astrophysics, Gottingen, Germany – mneliti GJ 1214b menggunakan Very Large Telescope at Paranal Observatory, Chile.

“Ini adalah sebuah langkah maju yang penting, yang mempersempit pemahaman kita tentang atmosfer planet tersebut,” demikian komentar NASA Exoplanet Exploration Program Scientist, Douglas Hudgins. “Dunia-dunia yang aneh seperti ini membuat ilmu tentang eksoplanet atau planet ekstrasolar menjadi salah satu bidang yang menantang dalam astrofisika masa kini.”

Program Sagan Fellowship diselenggarakan oleh NASA Exoplanet Science Institute, California Institute of Technology, Pasadena. Tujuannya adalah melaksanakan tujuan-tujuan ilmiah dan teknis dalam Exoplanet Exploration Program milik NASA. Program ini dilaksanakan bagi NASA oleh Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, California.***


Sumber: NASA
Sumber ilustrasi: NASA

NASA akan Mencari Kehidupan Non-Karbon

Pengumuman NASA pada Kamis (2 Desember 2010) menandai babak baru pencarian makhluk hidup di luar planet Bumi. Kini otoritas resmi pemerintahan yang memiliki akses dan sarana paling besar kepada antariksa itu mengakui kemungkinan adanya kehidupan di suatu tempat di luar angkasa.

Pengakuan pemerintah AS melalui NASA tersebut tentu dilakukan dengan dasar yang kuat. Dasarnya adalah penemuan makhluk hidup yang berbasis non-karbon di Mono Lake, California, AS. Sebelumnya, komunitas ilmiah meyakini bahwa karbon adalah unsur yang mutlak harus dimiliki oleh setiap makhluk hidup di belahan dunia mana pun.

Karbon nutrisi penyusun sel makhluk hidup terdiri dari enam elemen utama, yaitu hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur, dan fosfor. Penemuan makhluk yang tak memiliki nutrisi tersebut akan berpengaruh besar pada pandangan dan posisi kita di dalam kosmos.

Penemuan bentuk kehidupan yang ekstrem di Bumi, yaitu di dinding-dinding gunung api bersuhu sangat tinggi yang terletak di dasar samudera dan di beberapa bagian kerak bumi, dilaporkan pertama kali dalam sebuah laporan pada 2009 berjudul The Limits of Organic Life in Planetary Systems oleh National Research Council (NRC).

Laporan yang disponsori NASA tersebut merekomendasikan agar penelitian kehidupan di tempat selain Tata Surya diperluas ke seluruh alam semesta yang dapat diamati agar dapat mencakup bentuk-bentuk kehidupan yang “aneh”. Kesimpulan laporan tersebut adalah, “Tidak ada yang lebih tragis dalam penjelajahan antariksa Amerika selain menjumpai kehidupan alien (asing) dan gagal mengetahuinya.”

Bumi tidak mengakumulasi oksigen selama 3 milyar tahun pertama usianya, atau membentuk lapisan ozon hingga 1,5 milyar tahun lampau. Memang terdapat penekanan untuk meneliti atmosfer Bumi pada saat ini, yang telah memiliki oksigen dan lapisan ozon.

Namun, laporan tersebut menekankan agar digunakan juga model yang memperhitungkan ekosistem atmosfer anaerobik yang dapat dihuni oleh mikroba non-karbon. Lingkungan semacam ini mungkin saja mirip dengan tahap-tahap evolusi Bumi selama 4 milyar tahun terakhir serta kondisi yang menunjukkan adanya planet yang aktif secara tektonis.

Laporan tersebut juga menekankan agar penjelajahan planet dikonsentrasikan pada pencarian tempat-tempat di mana terdapat air berbentuk cairan – yang sesuai dengan fakta ilmiah yang ditemukan di Bumi. Namun, laporan ini menegaskan, cairan seperti amonia, methana, dan formamida juga dapat menyusun sel-sel makhluk hidup.

Kandidat yang sempurna bagi tempat semacam itu adalah Titan, bulan planet Saturnus. Di bulan ini ditemukan bukti keberadaan amonia cair, yang potensial untuk menopang kehidupan di kutub. Sayangnya, misi Cassini-Huygens yang mengamati permukaan Titan hanya sebentar di bulan tersebut.

Walaupun demikian, Titan adalah tempat yang kemungkinan besar mampu menopang kehidupan eksotik (luar Bumi), yang seharusnya dapat ditemukan dengan menggunakan instrumen robot penginderaan jarak jauh.***

Sumber: Dailiygalaxy/NASA
Sumber ilustrasi: NASA

Makna Mikroba Pemakan Arsenik di Mono Lake

Suatu spesies bakteri pemakan arsenik membuka kemungkinan baru akan adanya kehidupan di dunia lain. Sebuah studi selama bertahun-tahun yang hasilnya diterbitkan dalam jurnal Science melaporkan penemuan bakteri Halomonadaceae di Mono Lake, California, AS, yang kaya dengan garam dan arsenik.

Menurut tim peneliti yang dipimpin oleh Felissa Wolfe-Simon dari NASA Astrobiology Institute di Menlo Park, California, AS, “Ketergantungan biologis kepada keenam elemen karbon nutrisi, yaitu hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur, dan fosfor, biasanya dilengkapi dengan hadirnya beberapa elemen lain, yang biasa berupa metal(oid) dalam jumlah tertentu yang menjalankan fungsi seluler penting, seperti co-factor enzim. Elemen-elemen tambahan ini bisa saling diganti-ganti.

“Namun, sebelumnya belum pernah ada laporan tentang digantikannya salah satu atau beberapa dari keenam elemen utama yang esensial bagi kehidupan. Di sini kami menyajikan bukti bahwa arsenik dapat menggantikan fosfor dalam biomolekul pada suatu bakteri yang muncul secara alamiah.”

Para ilmuwan tersebut menyatakan, mereka telah melatih suatu bakteri yang diambil dari Mono Lake agar memakan dan tumbuh dengan menu makanan berupa arsenik untuk menggantikan fosfor. Hal ini membuka kemungkinan bahwa organisme dapat hidup di mana pun di alam semesta ini (atau bahkan juga di Bumi) dengan menggunakan energi biokimia yang tidak diketahui.

Bakteri tersebut, yang tumbuh selama berbulan-bulan di dalam sebuah senyawa laboratorium yang mengandung arsenik, secara bertahap mengganti atom-atom fosfor sebagai sumber energi dengan atom-atom arsenik. Rantai fosfor diketahui merupakan salah satu unsur penyusun DNA dan senyawa-senyawa kimianya, terutama dalam sebuah molekul yang dikenal sebagai adenosine triposphate, yang merupakan sarana utama bagi makhluk biologis untuk menyimpan energi.

Walaupun alam mampu merekayasa substitusi bagi beberapa elemen lain yang hadir dalam jumlah kecil untuk tujuan-tujan tertentu – seperti besi (Fe) untuk mengangkut oksigen (O2) – namun hingga kini, menurut The New York Times, “belum pernah ada substitusi bagi keenam elemen utama. Kini, menurut para ilmuwan, hasil penelitian tersebut akan merangsang banyak penelitian baru tentang penggantian-penggantian kimiawi lain yang dimungkinkan dapat terjadi. Substitusi yang paling sering dibicarakan dan disukai oleh para pengarang fiksi sains, namun belum pernah dibuktikan, adalah substitusi silikon bagi karbon.”

Jika telah dikonfirmasi, hasil penelitian tersebut akan memperluas pemahaman kita tentang wujud kehidupan dan di mana kehidupan dapat muncul.

Felisa Wolfe-Simon, ketua tim peneliti di Mono Lake, kepada The New York Times menyatakan, “Ini adalah mikroba yang telah memecahkan masalah tentang bagaimana cara hidup dengan cara yang berbeda.” Ia menambahkan, ini bukan masalah Mono Lake atau arsenik, melainkan “membuka pintu dan menemukan bahwa apa yang kita anggap sebagai konstanta kehidupan yang mapan ternyata tidak demikian.”

Arsenik terletak tepat di bawah fosfor dalam tabel periodik elemen dan memiliki beberapa sifat kimia yang mirip. Oleh karena itu arsenik memiliki sifat sebagai racun (toxic) yang menurut Dr. Wolfe-Simon “membuat unsur ini dengan mudah menyusup ke dalam struktur sel di mana ia kemudian akan melekatkan semua bagian, seperti oli yang lengket dalam mesin mobil.”

Wahana Mars Viking Landers yang gagal menemukan kehidupan di Mars pada 1976 dirancang sebelum ditemukannya extremophiles Bumi seperti tube worms dan pelbagai kehidupan aneh lain di dasar laut dan lembah-lembah tandus serta danau-danau yang terkubur di kawasan Antartika.

Bukti yang dikirimkan Viking pada 1976 dan 1977 bukan bukti yang konklusif, setidaknya menurut pengetahuan primitif pada masa itu tentang kehidupan ekstrem. Kehidupan ekstrem tersebut kini diketahui ada di Bumi, demikian juga dengan air dan methana yang terdapat dalam jumlah melimpah di Mars.

Baik di Mars maupun di Bumi, methana sangat tidak stabil karena selalu terurai oleh sinar ultraviolet dari Matahari dan pelbagai reaksi kimia dengan gas-gas lain. Rata-rata usia molekul methana di Mars adalah 400 tahun, yang berarti bahwa gas tersebut harus memperbarui diri atau akan musnah.

Saat ini, ditemukan adanya methana di Mars. Tentu ada sesuatu yang memproduksi gas tersebut. Pertanyaannya: Siapa atau Apa?

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa methana di dalam atmosfer Mars bisa hidup kurang dari satu tahun. Methana yang terbarukan berasal dari sumber yang telah dilokalisasi yang memperlihatkan adanya variasi musim dan tahunan. Pola produksi methana ini memunculkan pertanyaan: apakah gas tersebut, di Mars, muncul sebagai akibat dari aktivitas geologis atau biologis?

Atmosfer di Mars tersusun dari 95% karbon dioksida, 3% nitrogen, 1,6% argon, dan beberapa persen oksigen dan air serta methana.

Sergio Fonti (Universita del Salento) and Giuseppe Marzo (NASA Ames) telah memanfaatkan pelbagai observasi dari wahana Mars Global Surveyor milik NASA untuk merunut evolusi gas selama tiga tahun Mars.

Menurut Fonti, “Hanya ada methana dalam jumlah kecil saat ini di atmosfer Mars, yang muncul dari sumber yang sangat terlokalisasi. Kami meneliti tentang perubahan konsentrasi gas tersebut dan menemukan adanya variasi musim dan tahunan. Sumber methana ini bisa saja aktivitas geologis atau biologis – kami belum bisa yakin dalam hal ini. Namun, agaknya batas usia terlama methana di Mars adalah satu tahun.”

Kadar tertinggi methana muncul selama musim gugur di belahan utara Mars, sebesar 70 bagian per juta, walaupun methana dapat dideteksi di seluruh planet tersebut sepanjang tahun. Pada musim dingin, kadarnya menurun tajam dan hanya muncul di kawasan sekitar 40 dan 50 derajat lintang utara. Konsentrasi mulai naik lagi pada musim semi dan meningkat lebih cepat selama musim panas serta menyebar ke seluruh planet.

Kata Fonti, “Salah satu hal menarik yang kami temukan adalah bahwa pada musim panas, walaupun beberapa pola distribusi masih cukup mirip dengan pola pada musim gugur, terdapat kadar methana yang lebih tinggi di belahan selatan. Hal ini boleh jadi disebabkan sirkulasi alamiah yang terjadi di atmosfer, namun masih harus dikonfirmasi dengan simulasi komputer yang layak.”

“Tampak jelas bahwa konsentrasi paling tinggi berkaitan dengan musim dan lokasi yang paling hangat di mana terdapat kondisi-kondisi geologis – dan dengan demikian juga kondisi-kondisi biologis – seperti aktivitas geothermal (marsothermal?) dan hidrasi yang kuat. Energi yang lebih tinggi pada musim panas dapat memicu pelepasan gas-gas dari proses-proses geologis (marsologis?) atau terjadinya aktivitas biologis.”

“Penelitian kami adalah yang pertama di mana data dari sebuah spektrometer yang mengorbit planet Mars digunakan untuk memonitor methana selama periode yang panjang. Dataset TES yang melimpah telah memungkinkan kami untuk merunut siklus methana di atmosfer Mars dengan akurasi dan keutuhan yang dapat diandalkan. Observasi kami akan sangat bermanfaat dalam memaparkan tentang asal-usul dan signifikansi methana di Mars.”

Methana di atmosfer Mars dideteksi pertama kali oleh beberapa teleskop di Bumi pada 2003 dan dikonfirmasi satu tahun kemudian oleh wahana Mars Express milik ESA. Tahun kemarin, pelbagai pengamatan menggunakan teleskop di Bumi menemukan bukti pertama tentang siklus musiman di Mars.

Secara potensial, ada biosfer sangat luas yang terletak beberapa meter di bawah permukaan Mars, yang mungkin tidak dapat diakses oleh misi Viking pada 1976 karena wahana tersebut hanya meneliti lapisan tanah paling atas.

Press release NASA pertama tentang eksperimen Viking mengumumkan bahwa hasilnya adalah positif. Eksperimen “Labeled Release” (LR) telah memberikan hasil positif. Namun, setelah dilakukan sebuah diskusi berkepanjangan di mana Carl Sagan turut serta, NASA menarik pernyataannya, terutama karena eksperimen lain tidak mendeteksi adanya zat organik di tanah Mars.

Walaupun demikian, Gilbert Levin, perancang utama eksperimen LR, yakin bahwa eksperimen tersebut menunjukkan adanya kehidupan. Ketika dua eksperimen serupa dijalankan di Antartika, diperoleh juga hasil-hasil yang bertentangan, sama dengan hasil yang diperoleh di Mars (LR – postif; zat organik – negatif). Lapisan tanah dan es dari Dry Valley Antartika jelas mengandung bentuk kehidupan yang ekstrem.

Tes untuk zat organik memperoleh hasil negatif karena sangat kurang sensitif daripada eksperimen LR. Masalah serupa dapat saja menyebabkan tes zat organik memberikan hasil negatif yang salah.

Sebelum oksigen dapat terakumulasi di atmosfer Bumi, semua unsur besi (Fe) harus menjadi lemah. Selama proses tersebut, yang berlangsung selama ratusan juta tahun, Bumi juga merupakan sebuah planet merah – seperti Mars. Dalam jurnal Nature, Corinna Wu bertanya: Dapatkah oksigen yang mengkaratkan besi pada saat itu diproduksi secara biologis? Dapatkah kehidupan di Mars semata-mata “kehabisan uap” saja setelah tahap perkembangan sebagai planet merah tersebut?***

Sumber: The New York Times/Dailygalaxy/Sciencemag.com
Sumber ilustrasi: Dailygalaxy